Polusi Udara Catat Rekor, Sekolah Dasar di Lahore Pakistan Tutup Selama Sepekan

Menurut UNICEF, hampir 600 juta anak di Asia Selatan terpapar polusi udara tingkat tinggi dan separuh dari kematian akibat pneumonia pada anak-anak terkait dengan polusi udara.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 04 Nov 2024, 09:28 WIB
Diterbitkan 04 Nov 2024, 09:24 WIB
Kondisi kabut asap di Lahore, Pakistan, pada Minggu (3/11/2024).
Kondisi kabut asap di Lahore, Pakistan, pada Minggu (3/11/2024). (Dok. AFP/Arif Ali)

Liputan6.com, Islamabad - Kota terbesar kedua Pakistan, Lahore, akan menutup sekolah dasar selama sepekan karena polusi yang mencapai rekor. Demikian diumumkan otoritas setempat pada Minggu (3/11/2024), untuk menghindari paparan asap yang beberapa kali lebih tinggi dari tingkat yang dianggap berbahaya bagi jutaan anak.

Selama berhari-hari, kota berpenduduk 14 juta orang itu diselimuti kabut asap, campuran kabut dan polutan yang disebabkan oleh asap diesel tingkat rendah, asap dari pembakaran pertanian musiman, dan winter cooling.

Indeks kualitas udara, yang mengukur berbagai polutan, menurut data dari IQAir melampaui 1.000 pada Sabtu (2/11) alias jauh di atas tingkat 300 yang dianggap berbahaya.

"Prakiraan cuaca untuk enam hari ke depan menunjukkan bahwa pola angin akan tetap sama. Oleh karena itu, kami menutup semua sekolah dasar negeri dan swasta di Lahore selama seminggu," kata pejabat senior perlindungan lingkungan di Lahore Jahangir Anwar kepada AFP.

Penutupan berlangsung mulai Senin (4/11) hingga Sabtu (9/11). Pengumuman pemerintah juga menyebutkan bahwa situasi akan dinilai kembali untuk menentukan apakah akan memperpanjang penutupan sekolah.

"Kabut asap ini sangat berbahaya bagi anak-anak. Masker harus diwajibkan di sekolah. Kami mengawasi kesehatan anak-anak di kelas senior," kata menteri senior Punjab Marriyum Aurangzeb pada hari Minggu, seperti dilansir CNA.

"Penghitung kabut asap telah dipasang di rumah sakit."

Menghirup udara beracun memiliki konsekuensi kesehatan yang sangat buruk, di mana Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan stroke, penyakit jantung, kanker paru-paru, dan penyakit pernapasan dapat dipicu oleh paparan yang berkepanjangan.

Pekan lalu, badan perlindungan lingkungan Provinsi Punjab mengumumkan pembatasan baru di empat "titik rawan" di kota tersebut. Kendaraan tuk-tuk yang dilengkapi dengan mesin dua tak yang menimbulkan polusi udara dilarang, begitu pula restoran yang memanggang tanpa filter.

Sementara itu, kantor pemerintah dan perusahaan swasta dilaporkan meminta separuh stafnya bekerja dari rumah mulai Senin.

Anak-anak sangat rentan salah satunya karena mereka bernapas lebih cepat, menghirup lebih banyak udara dibandingkan dengan ukuran tubuh mereka dibandingkan orang dewasa.

Bulan lalu, pihak berwenang melarang anak-anak sekolah berolahraga di luar ruangan hingga Januari dan menyesuaikan jam sekolah untuk mencegah anak-anak bepergian saat polusi paling parah.

Institut Kebijakan Energi Universitas Chicago menyebutkan bahwa polusi udara yang melebihi tingkat yang dianggap aman oleh WHO memperpendek harapan hidup penduduk Lahore rata-rata 7,5 tahun.

 

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya