Pemburuan pembocor "aib" Amerika Serikat, Edward Snowden masih terus dilakukan. Kali ini, Snowden dicurigai berada di pesawat yang sama dengan Presiden Bolivia, Evo Morales. Akibatnya pesawat yang ditumpangi Evo Morales pun dipaksa mendarat di Austria.
Menanggapi penghentian paksaan tersebut, pejabat dari Austria yang terbang bersama Presiden Morales buru-buru menegaskan, Snowden tidak ada di pesawat. Burung besi itu hanya akan mengantarkan presiden pulang dari Rusia -- meski sang presiden memang tengah mempertimbangkan pengajuan suaka Snowden ke negeri Amerika Latin itu.
Dan akhirnya, juru bicara Kementrian Luar Negeri Austria, Alexander Schallenberg menyatakan Snowden tidak bersama Presiden Bolivia. Setelah pemeriksaan, pesawat itu diizinkan untuk mengisi bahan bakar dan kembali mengudara dari Wina.
Namun pihak Bolivia terlanjur sakit hati. "Saya tidak tahu siapa yang menyebar kebohongan ini. Kami mengecam tindakan penghentian penerbangan presiden Evo Morales. Kami ingin masyarakat internasional mengetahui ketidakadilan ini," ujar Menteri Luar Negeri Bolivia, David Choquehuanca yang marah menanggapi perlakuan yang dialami oleh pemimpin negaranya, seperti dimuat News.com.au, Rabu (3/7/2013).
Sementara menurut Menteri Luar Negeri Venezuela Elias Jaua, perubahan rute pesawat dengan bahan bakar minim itu membahayakan nyawa presiden. Kendati demikian, Presiden Morales memilih bungkam pada wartawan.
Cerita 'Kutu Loncat' Snowden dari AS
Awalnya, Snowden dikabarkan akan menuju Kuba dengan pesawat maskapai Aeroflot. Namun, kursi 17 A yang diperuntukkan untuk pria itu kosong sepanjang 12 jam perjalanan itu.
Snowden dikejar-kejar karena menguak program bernama PRISM, yang merupakan upaya penyadapan oleh Badan Keamanan Nasional AS (NSA) dengan memanfaatkan 9 server di perusahaan internet terbesar dunia saat ini.
Perusahaan yang terlibat itu antara lain Microsoft, Google, Yahoo, Facebook, PalTalk, YouTube, Skype, AOL dan Apple. Dropbox juga disebut masuk dalam rencana perusahaan yang akan segera tergabung dalam program itu.
Dengan demikian bisa dibayangkan bahwa penyadapan itu akan meliputi beragam informasi. Baik itu audio, video, foto, email, dokumen, dan daftar komunikasi, akan disadap oleh NSA.
Apa yang diungkapkan Snowden bisa jadi benar. Paling tidak, bisa dipercaya. Sebab, ia adalah mantan asisten teknis untuk Badan Intelijen AS (CIA) dan pernah bekerja sebagai kontraktor pertahanan di Booz Allen Hamilton. (Tnt/Ein)
Menanggapi penghentian paksaan tersebut, pejabat dari Austria yang terbang bersama Presiden Morales buru-buru menegaskan, Snowden tidak ada di pesawat. Burung besi itu hanya akan mengantarkan presiden pulang dari Rusia -- meski sang presiden memang tengah mempertimbangkan pengajuan suaka Snowden ke negeri Amerika Latin itu.
Dan akhirnya, juru bicara Kementrian Luar Negeri Austria, Alexander Schallenberg menyatakan Snowden tidak bersama Presiden Bolivia. Setelah pemeriksaan, pesawat itu diizinkan untuk mengisi bahan bakar dan kembali mengudara dari Wina.
Namun pihak Bolivia terlanjur sakit hati. "Saya tidak tahu siapa yang menyebar kebohongan ini. Kami mengecam tindakan penghentian penerbangan presiden Evo Morales. Kami ingin masyarakat internasional mengetahui ketidakadilan ini," ujar Menteri Luar Negeri Bolivia, David Choquehuanca yang marah menanggapi perlakuan yang dialami oleh pemimpin negaranya, seperti dimuat News.com.au, Rabu (3/7/2013).
Sementara menurut Menteri Luar Negeri Venezuela Elias Jaua, perubahan rute pesawat dengan bahan bakar minim itu membahayakan nyawa presiden. Kendati demikian, Presiden Morales memilih bungkam pada wartawan.
Cerita 'Kutu Loncat' Snowden dari AS
Awalnya, Snowden dikabarkan akan menuju Kuba dengan pesawat maskapai Aeroflot. Namun, kursi 17 A yang diperuntukkan untuk pria itu kosong sepanjang 12 jam perjalanan itu.
Snowden dikejar-kejar karena menguak program bernama PRISM, yang merupakan upaya penyadapan oleh Badan Keamanan Nasional AS (NSA) dengan memanfaatkan 9 server di perusahaan internet terbesar dunia saat ini.
Perusahaan yang terlibat itu antara lain Microsoft, Google, Yahoo, Facebook, PalTalk, YouTube, Skype, AOL dan Apple. Dropbox juga disebut masuk dalam rencana perusahaan yang akan segera tergabung dalam program itu.
Dengan demikian bisa dibayangkan bahwa penyadapan itu akan meliputi beragam informasi. Baik itu audio, video, foto, email, dokumen, dan daftar komunikasi, akan disadap oleh NSA.
Apa yang diungkapkan Snowden bisa jadi benar. Paling tidak, bisa dipercaya. Sebab, ia adalah mantan asisten teknis untuk Badan Intelijen AS (CIA) dan pernah bekerja sebagai kontraktor pertahanan di Booz Allen Hamilton. (Tnt/Ein)