Pakistan Larang Buku Malala Beredar di Sekolah

Buku Malala dinilai sebagai alat untuk negara Barat. Malala dianggap sebagai representasi Barat, bukan Pakistan.

oleh Eko Huda Setyawan diperbarui 11 Nov 2013, 07:08 WIB
Diterbitkan 11 Nov 2013, 07:08 WIB
malala-buku-131110d.jpg
Pakistan melarang buku aktivis pendidikan Malala Yousafzai beredar di sekolah-sekolah swasta. Sebab, buku itu dinilai sebagai alat untuk negara Barat. Malala dianggap sebagai representasi Barat, bukan Pakistan.

Malala membetot perhatian dunia tahun lalu, saat Taliban menembaknya di pakistan bagian Utara. Malala diincar karena melontarkan kritik keras untuk Taliban yang melarang kaum hawa mengenyam pendidikan.

Gadis berusia 15 tahun itu kini mengeluarkan buku yang berisi catatan hidupnya pada Oktober lalu. Buku yang ditulis bersama jurnalis Inggris Christina Lamb tersebut berjudul I Am Malala.

Laman Al Jazeera, Minggu (10/11/2013) memberitakan, Presiden Asosiasi Manajemen Sekolah Swasta Pakistan Adeeb Javedani mengatakan, buku Malala dilarang beredar di perpustakaan di sekolah-sekolah yang berafiliasi pada organisasinya. Setidaknya ada 40.000 sekolah bernaung di bawah asosiasi ini.

Sementara, Ketua Federasi Sekolah Swasta Pakistan Kashif Mirza mengatakan kelompoknya juga melarang peredaran buku Malala di seluruh sekolah yang berafiliasi ke organisasinya. "Malala adalah contoh untuk anak-anak, tapi buku ini telah membuatnya kontroversi. Dengan buku ini, dia menjadi alat kekuatan Barat," tutur Mirza.

Menurut Mirza, buku Malala itu tidak menunjukkan rasa hormat terhadap Islam, sebab buku itu menyebut nama Nabi Muhammad tanpa menggunakan Salallahu Alaihi Wasallam (SAW)--sebagaimana dilakukan di dunia Islam.

Malala menjadi terkenal setelah mengkritik kebijakan Taliban yang melarang perempuan mengenyam pendidikan. Media internasional memberitakan kasus penembakannya pada Oktober tahun lalu. Namun, teori konspirasi merebak di Pakistan, menyebut bahwa penembakan itu dibuat untuk menciptakan pahlawan untuk dunia Barat. (Eks)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya