Kenapa Banyak Ibu Ogah Susui Anaknya?

Untuk bayi berusia kurang dari enam bulan, hanya 15,3 persen yang mendapat ASI eksklusif.

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 05 Agu 2014, 13:00 WIB
Diterbitkan 05 Agu 2014, 13:00 WIB
7-korban-kelud-150218b.jpg
Seorang ibu di lokasi pengungsian tetap memberikan asi bagi si buah hati di posko Bale Pamitran GKJW Segaran Kediri pada Senin 17 Februari 2014 (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah).

Liputan6.com, Jakarta Dari hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2010, disebutkan bahwa pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif masih terbilang rendah. Untuk bayi berusia kurang dari enam bulan, hanya 15,3 persen yang mendapat ASI eksklusif. Dan, hanya 29,3 persen pemberian inisiasi menyusui dini kurang dari 1 jam setelah bayi lahir.

Dokter Endang Lestari, Sp. A mengatakan, dalam sebuah penelitian yang dilakukan Dr Ray Basrowi dari Universitas Indonesia (UI), ketidaktersediaan fasilitas memerash ASI di tempat kerja berkolerasi dengan rendahnya pemberian ASI eksklusif.

"Sebanyak 78 persen pekerja pabrik, dan 51,9 persen PNS tidak memberikan ASI eksklusif. Kebanyakan dari mereka, memilih untuk menghentikan pemberian ASI setelah kembali bekerja," kata Endang menjelaskan.

Dalam talkshow bertema `Breasfeeding a Winning Goal For Life` di Gedung POTAS - RSAB Harapan Kita, Jakarta Barat, Selasa (5/8/2014), Endang mengatakan, memang tidak sedikit masyarakat yang belum memahami pentingnya pemberian ASI tersebut. "Masih dari penelitian yang dilakukan Dr Ray, terungkap 50 persen pekerja formal di Jakarta memerah ASI di toilet atau kamar mandi," kata Endang menerangkan.

Melihat kondisi yang menyedihkan ini, membuat RSAB Harapan Kita sebagai Rumah Sakit Anak dan Bunda, dan juga Rumah Sakit Sayang Bayi memiliki peran penting untuk menyiapkan ibu agar dapat memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Klinik laktasi dan konseling menyusui, merupakan bentuk upaya dalam menyiapkan ibu untuk memberikan ASI eksklusif.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya