Stroke Bukan Akhir Segalanya, Lakukan Tindakan Cepat

Penanganan cepat dan tepat pada gejala stroke pertama kali akan sangat menentukan kondisi kehidupan pasien selanjutnya.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 26 Agu 2014, 17:00 WIB
Diterbitkan 26 Agu 2014, 17:00 WIB
Stroke
Bahaya Stroke (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta Saat terkena stroke banyak yang mengira itu adalah akhir dari segalanya. Jangan keburu pesmistis, lakukan tindakan dan penanganan yang tepat karena stroke bukanlah akhir dari segalanya.

Maka itu ketika mendapati saudara, teman atau kerabat tiba-tiba terkena gejala stroke segera bawa ia ke rumah sakit untuk ditangani tenaga ahli.

Menurut dokter Nizmah, Sp.S penanganan cepat dan tepat akan sangat menentukan kondisi kehidupan pasien selanjutnya.

Stroke terjadi karena adanya penyumbatan pada pembuluh darah di area otak sehingga menyebabkan glukosa dan oksigen tak tersuplai dengan baik. Akibatnya sel-sel saraf akan mati yang memengaruhi kehidupannya. Maka itu kecepatan tindakan adalah kunci untuk penanganan stroke.

"Sel saraf yang mati tersebut tentu memiliki daerah sekitar yang disebut penumbra. Penumbra yang ini pun istilahnya 'pingsan' dan harus diselamatkan. Inilah yang kita (para ahli medis) lakukan saat menangani penderita stroke untuk melindungi penumbra dengan berbagai teknik," terang dokter Nizmah dalam acara media gathering Stroke, Bukan Akhir dari Segalanya di RSU Bunda Jakarta, (26/8/2014).

Ditambahkan oleh dokter Benhadi, SpBS(K), pasien stroke pun akan mengalami penanganan yang berbeda tergantung dari jenis strokenya. Stroke yang disebabkan dengan penyumbatan pembuluh darah atau stroke iskemik bisa diberikan obat pengencer darah yang efektif pada tiga jam pertama setelah serangan.

Sedangkan stroke yang disertai pendarahan atau stroke hemoragik bisa dilakukan dengan pembedahan.

Gejala stroke terjadi dengan tiba-tiba namun mudah untuk mengenalinya. "Misalnya wajahnya tiba-tiba mencong ke sebelah, tangannya tak bisa digerakkan, muncul gangguan keseimbangan tubuh," terang dokter Nizmah.

Dokter Nizmah pun mengingatkan agar masyarakat peka terhadap gejala stroke pada orang di sekitarnya. Karena ada beberapa gejala stroke yang membuat pasien tak mampu berkomunikasi, afasia misalnya. "Pasien tahu kalau dirinya lumpuh, namun tak mampu berbicara karena daerah pusat bicaranya terkena," terang dokter Nizmah.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya