Saat Gigi dan Sidik Jari Sulit Diidentifikasi, DNA Jadi Andalan

Dalam kasus kecelakaan massal yang mengakibatkan banyak korban dan data sidik jari mapun gigi tak bisa dilakukan, apa yang bisa dilakukan

oleh Benedikta Desideria diperbarui 13 Mar 2015, 08:00 WIB
Diterbitkan 13 Mar 2015, 08:00 WIB
Seorang anggota tim Forensik Polda Sumbar mengevakuasi tengkorak mayat korban gempa yang ditemukan saat pembersihan puing-puing reruntuhan bangunan di kawasan pasar dekat Adabiah Padang, Sumbar. (ANTA
Liputan6.com, Jakarta
Dalam kasus kecelakaan massal yang mengakibatkan banyak korban dan data sidik jari mapun gigi tak bisa dilakukan, tes DNA masih bisa memberi harapan bagi terungkapnya identitas korban.
 
Menurut peneliti dari  Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, dr. Helena Suryadi, identifikasi DNA merupakan metode yang paling baik dan terpercaya dalam identifikasi individu walaupun merupakan metode pilihan kedua bila ada data sidik jari dan rekam gigi.
 
"Bila nanti analisis DNA sudah semakin maju, bisa jadi identifikasi DNA jadi yang utama. Karena identifikasi DNA itu satu-satunya metode pencocokan langsung yang independen dibandingkan metode lainnya," terang perempuan yang akrab disapa Helena di hadapan jurnalis dalam acara Lokakarya DNA Forensik untuk Jurnalis yang digagas Lembaga Biologi Molekuler Eijkman pada Kamis (12/3/2015).
 
Misalnya metode data sidik jari kemungkinan bisa saja salah membaca, lalu untuk rekam gigi bisa saja kondisi rekam medis gigi yang dibandingkan bukan yang terakhir sehingga tidak tepat identifikasinya.Hal ini berbeda dengan DNA.
 
Lewat DNA setiap individu tampak unik. DNA merupakan penentu karakteristik fisik dan membawa sifat yang diturunkan baik dari ayah dan ibu serta tidak berubah selama kehidupan.
 
DNA terdapat dalam setiap sel tubuh makhluk hidup dari ujung kaki hingga ujung kepala. Seperti darah, jaringan otot, tulang, urine, rambut, air liur, feses.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya