Liputan6.com, Saint Petersburg Bersyukurlah kita-warga Indonesia yang hanya menjalankan ibadah puasa hanya sekitar 13 jam. Di Saint Petersburg, Rusia, muslim harus puasa 22 jam.
Kota pelabuhan ini seakan menjadi tantangan tersendiri bagi umat muslim di sana. Bagaimana tidak, di bulan Juni biasanya matahari akan sulit menampakkan dirinya.
Baca Juga
The Guardian, Rabu (30/6/2015) melaporkan, orang Rusia sendiri menyebutnya 'white night' (malam putih), periode ini berlangsung dari akhir Mei hingga awal Juli. Meski tahun ini bertepatan dengan Ramadan, mereka sama sekali tidak mengeluh mengingat malam putih telah menjadi tradisi tahunan di kota paling Utara tersebut.
Advertisement
Meski Al-Qur'an membuat pengecualian untuk mereka yang boleh membatalkan puasa Ramadan seperti menderita penyakit, wisatawan dan wanita yang sedang menstruasi atau hamil. Tapi tidak ada pengecualian untuk penduduk muslim disana.
Menurut beberapa pihak berwenang di St Petersburg, setiap tahun, Ramadan seperti menantang iman mereka. Seorang karyawan dari St Petersburg and Northwest Regional Muslim Spiritual Centre mengatakan, muslim di sana menganggap Ramadan sebagai ujian. Mereka akan menunggu 21-22 jam untuk berbuka puasa dan makan hanya sekitar tiga jam.
"Islam adalah jalan hidup. Bagi kami, puasa sama dengan bangun di pagi hari dan menggosok gigi," kata pria yang tidak mau disebutkan namanya itu.
Salah seorang administrator di sekolah lokal setempat, Yelizaveta Izmailova mengungkapkan bagaimana keluarganya puasa di Ramadan ini.
"Bulan ini, waktu untuk berbuka puasa benar-benar lama. Kami tidak makan atau minum setelah pukul dua pagi, sampai matahari terbenam di sekitar 22:30 pada bulan Juni. Tentu saja, ini merupakan beban berat bagi tubuh manusia, tetapi setiap Muslim membuat pilihan ini secara sadar," ungkapnya.
Meskipun tidak ada angka pasti berapa banyak Muslim yang tinggal di St Petersburg, Idul Fitri tahun lalu ada sekitar 42.000 jamaah yang salat Ied di dua masjid utama kota, menurut kementerian dalam negeri. Seperti yang sering terjadi di negara lain, umat muslim yang tidak cukup masuk dalam mesjid akan mengambil sebagian ruas jalan.
Banyak Muslim di St Petersburg adalah pendatang dari Republik Soviet di Asia Tengah dan Kaukasus yang bekerja sebagai buruh di industri. Kementerian tenaga kerja menyebutkan, ada 164.000 pekerja migran di St Petersburg pada 2014, namun jumlah sebenarnya mungkin jauh lebih tinggi.
Shakir, pekerja asal Tajikistan misalnya, dia mengatakan tinggal di St Petersburg karena mengikuti orang tua dan mereka yang tidak bekerja.
"Pekerjaan akan terasa berat. Hari begitu panjang, dan Anda tidak dapat minum air atau makan sebelum matahari terbenam. Tapi untuk itulah kami hidup sebagai muslim," katanya.
Seorang guru spiritual, Musa Bigiev mengatakan, sesuai petunjuk Al-Qur'an, umat muslim yang tinggal di Kutub boleh mengikuti waktu puasa sesuai dengan waktu matahari terbit dan terbenam di Mekah. Kendati demikian, mereka tetap berjuang walaupun puasa hampir 22 jam.