Liputan6.com, Jakarta Orang-orang dengan sindrom metabolik harus lebih hati-hati memilih asupan makanan sehari-hari. Hindari menyantap makanan tidak sehat karena berpotensi mengancam jiwa.
Demikian peringatan yang tertulis di dalam The FASEB Journal. Sang editor in chief Gerald Weissman mengatakan, keinginan menyantap makanan tidak sehat seperti makanan cepat saji yang tinggi kandungan gula dan garam adalah situasi sulit di mana otak berkata 'iya' sedangkan tubuh 'tidak'.
Baca Juga
Dari situ Gerald menarik kesimpulan, mereka perlu menggunakan otak dan mendengar tubuh sendiri supaya terhindar dari kondisi yang tidak diinginkan. Dia mengatakan,"Bahkan, salah satu makanan ringan yang tidak sehat punya dampak cukup besar untuk tubuh. Ini konsekuensi jangka panjang yang harus diterima karena kesenangan sesaat."
Advertisement
Konsekuensi terbesar yang bakal diterima orang-orang dengan sindrom metabolik seperti pasien tekanan darah tinggi dan kolesterol tinggi adalah serangan jantung, stroke, dan diabetes.
Menurut Gerald, minum segelas ukuran sedang susu kocok tinggi kalori dapat memperparah terjadinya kekambuhan. Apalagi jika mereka coba-coba menyantap makanan cepat saji dengan kandungan kalori sebesar hampir 1.000 kkal.
Salah seorang rekan Gerald bernama Dr Suzan Wopereis mengatakan, pendekatan ini bertujuan sebagai tindak pencegahan terjadinya penyakit yang sangat optimal seumur hidup.
Guna mendapatkan hasil yang relevan, Gerald dan Suzan melibatkan dua kelompok respondens untuk penelitian ini. Kelompok pertama terdiri dari 10 sukarelawan (pria) sehat, kelompok kedua terdiri dari sembilan relawan dengan sindrom metabolik, dan satu orang yang memiliki kombinasi dari dua atau lebih faktor risiko untuk penyakit jantung.
Sampel darah diambil dari semua peserta, sebelum dan setelah mengkonsumsi milkshake tinggi lemak. Peneliti mengukur 61 biomarker kunci dalam sampel darah, termasuk kolesterol dan gula darah.
Mereka menemukan proses biokimia yang berkaitan dengan gula dan metabolisme lemak, dan peradangan yang abnormal pada orang-orang dengan sindrom metabolik.
Sepuluh sukarelawan (pria) yang sehat juga diberi camilan yang terdiri dari tambahan 1.300 kalori setiap hari, dalam bentuk permen dan makanan gurih, termasuk cokelat, kue tar, kacang tanah dan keripik, selama empat minggu. Peneliti kemudian mengevaluasi 61 biomarker dari sampel darah peserta.
Seperti dikutip dari situs Daily Mail, Kamis (5/11/2015), mereka menemukan bahwa hormon yang mengatur kontrol gula dan metabolisme lemak, berubah dan meradang
Perubahan, kata mereka, mirip dengan awal yang sangat halus dari dampak kesehatan sama dengan yang memengaruhi orang-orang dengan penyakit metabolik.