Liputan6.com, Jakarta Ketua UKK Respirologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Nastiti Kaswandani SpA(K) menyebut, kumis Pak Joko menjadi salah satu faktor risiko terjadinya pneumonia, yang membuat dua sampai tiga balita di Indonesia meninggal dunia setiap jam.
Kumis Pak Joko adalah guyonan untuk menggambarkan permukiman yang cukup padat di Indonesia. "Kumis Pak Joko itu maksudnya kumuh, miskin, padat, jorok, dan kotor. Di Ibu Kota masih ada yang seperti itu. Kepadatan penduduk itulah yang membuat anak rentan alami pneumonia," kata dr Nastiti di Gedung Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta, Jumat (6/11/2015)
Baca Juga
Belum lagi jika anak yang tinggal di permukiman seperti itu kekurangan vitamin A, berat lahir rendah, dan tidak mendapat imunisasi yang lengkap, tentu semakin besar risikonya terkena pneumonia di usia sangat dini.
Advertisement
Ditambah polusi udara seperti asap rokok, asap pabrik, lingkungan, termasuk juga asap akibat kebakaran hutan.
Lebih lanjut, pneumonia masih menjadi pembunuh terbesar di negara berkembang. Padahal, pneumonia dapat dicegah dan diobati.
"Ada penyakit-penyakit yang sebenarnya tidak bisa dicegah dan sulit diobati seperti ada yang meninggal karena jatuh dan pecah pembuluh darah. Kalau diobati, juga sangat sedikit kemungkinan untuk sembuh, sedangkan pneumonia bisa dicegah dan diobati," kata dr Nastiti melanjutkan. (*)