Kenapa Kita Tidak Bisa Ingat Memori Saat Masih Bayi?

Para ilmuwan menghabiskan waktu hampir satu dekade mencari penyebabnya, ini jawaban mereka.

oleh Adanti Pradita diperbarui 16 Agu 2016, 07:30 WIB
Diterbitkan 16 Agu 2016, 07:30 WIB
Bayi
Para ilmuwan menghabiskan waktu hampir satu dekade mencari penyebab tidak adanya memori seseorang akan masa bayinya, ini jawaban mereka. (sumber: Scientific American)

Liputan6.com, Jakarta- Mengingat hal seperti ulang tahun ayah, ibu atau saudara kandung kita, perayaan hari raya, momen di saat kita pertama kali jatuh cinta atau naik kelas, tidaklah sulit. Namun, mengapa mengingat waktu diri kita semasa bayi sungguh sulit, bahkan tidak memungkinkan?

Melansir Scientific American, Selasa (16/8/2016), para ilmuwan dari seluruh belahan dunia telah menghabiskan waktu hampir satu dekade meneliti dan mengidentifikasi penyebab infantile amnesia atau amnesia pada manusia di usia dini atau pada saat mereka masih bayi.

Setelah sekian lama menghabiskan waktu mencoba menganalisis hal tersebut akhirnya beberapa dari mereka berhasil menyimpulkan penyebabnya.

Menurut segelintir dari mereka, keterbatasan pada bahasa, pengetahuan, persepsi akan diri sendiri, kesiapan mental menjadi alasan utama otak belum siap merangkai kode-kode yang menjadi penopang terbentuknya memori akan suatu hal atau kejadian.

Meski terdengar sangat meyakinkan, pemikiran itu pun ditebas oleh dua ahli saraf yang bekerja di Sebuah Rumah Sakit anak-anak di Toronto, Kanada, Paul Frankland dan Sheena Josselyn. Mereka merasa pemikiran bahwa keterbatasan bahasa jadi alasan utama anak bayi tidak bisa mengingat atau memiliki daya ingat yang buruk tidaklah benar.

Ini dikarenakan menurut mereka hewan tertentu pun seperti kera dan tikus juga tidak bisa mengingat diri mereka semasa bayi.

Mereka pun bisa tumbuh dan ingat meski keterbatasan bahasa tetap mewarnai hidup mereka sampai akhir hayat. Jadi, bahasa bukanlah argumen yang kuat menurut kedua ahli saraf ini.

Menurut mereka, alasan yang lebih tepat adalah bertumbuh dengan pesatnya jumlah jaringan saraf di dalam otak bayi hingga mereka tumbuh dewasa.

Jaringan saraf yang tumbuh dengan cepat dan juga jumlahnya banyak berpotensi untuk memblokir atau menghadang akses mereka untuk masuk ke dalam memori atau kenangan sebelumnya atau semasa kecil.

Jadi, bagaimana menurut Anda? Apakah teori yang dipaparkan kedua ahli saraf masuk akal? Apakah ada kemungkinan lainnya yang membuat kita lupa akan masa-masa kecil kita, khususnya saat masih bayi?

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya