Menggelitik Anak, Boleh atau Tidak?

Ada perbedaan jelas antara menggelitik untuk mendekatkan hubungan atau menggelitik untuk membuat anak tersiksa.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 14 Sep 2016, 07:30 WIB
Diterbitkan 14 Sep 2016, 07:30 WIB
Menggelitik anak (Foto: krebsbachbiasphotography.com)
Menggelitik anak (Foto: krebsbachbiasphotography.com)

Liputan6.com, New York- Seringkali orangtua karena gemas menggelitik anaknya. Entah di pinggang, mencubit pipi atau di ketiak sehingga anak tertawa. Suasana ini merupakan salah satu cara yang menyenangkan menjalin kedekatan dengannya. Namun ada kalanya menggelitik anak-anak itu tidak diperkenankan. Mengapa?

Menurut penulis kolom di laman Mom.Me, Sandra A Miller ada perbedaan jelas antara menggelitik untuk mendekatkan hubungan atau menggelitik untuk membuat anak tersiksa.

Ada saat-saat orangtua menggelitik dengan lembut dan terkontrol tanpa menyiksanya. Hal ini membuat anak tertawa dan suasana lebih hidup. Menggelitik yang seperti ini tentu diperkenankan. Beberapa peneliti meyakini cara ini bisa meningkatkan hubungan antara anak dan orangtua.

Namun, ada juga cara menggelitik yang berlebihan atau bisa dikatakan sadis. Menggelitik pada hal ini bersembunyi dibalik makna ingin mendominasi dan melakukan kekerasan. Jadi tak heran membuat anak yang awalnya tertawa hingga membuatnya terengah-engah tak bisa bernapas sampai akhirnya menangis.

"Menggelitik dalam bentuk agresif merupakan bentuk penyiksaan. Orang yang digelitik bukannya merasa geli, namun jauh dari rasa bersenang-senang alias tersiksa," kata Miller.

Miller mengingatkan pula, setiap anak memiliki respon yang berbeda-beda kala digelitik. Mungkin bagi anak A itu tidak geli, namun bagi anak B itu amat geli dan menyiksa. Untuk itu, jangalah menggelitik berlebihan dan perhatikan respon anak saat digelitik. 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya