Liputan6.com, Jakarta Jika Anda tergoda untuk tetap mengonsumsi makanan yang sudah jatuh ke lantai, alangkah baiknya jika Anda pikirkan kembali niat tersebut. Studi terbaru menunjukan bahwa “aturan 5 detik” yaitu sebuah gagasan di mana seseorang diperbolehkan untuk mengonsumsi kembali makanan yang telah terjatuh apabila jangka waktunya belum melampaui batas lima menit lantaran masih tergolong sehat atau tidak berkuman, tidak sama sekali betul atau tidak valid.
Studi tersebut mengungkap, bakteri dari permukaan lantai bisa dengan cepatnya hingga ke makanan bahkan dalam waktu kurang dari sepersekian detik. Demikian informasi seperti dilansir dari Live Science, Jumat (23/9/2016).
Baca Juga
“Aturan lima detik tidak berlaku. Ini dikarenakan bakteri dapat mencemari makanan dalam seketika tanpa kita sadari,” ujar seorang ahli mikrobiologi dan profesor di Rutgers University di New Jersey, Amerika Serikat, Donald Schaffner.
Advertisement
Dalam studi tersebut, para ilmuwan berupaya meneliti kadar bakteri yang ada pada makanan yang telah sengaja dijatuhkan ke empat permukaan yang berbeda yaitu, stainless steel, keramik, kayu, dan karpet. Kemudian, para peneliti sengaja membiarkan makanan tersebut jatuh selama beberapa waktu tertentu , yaitu kurang dari satu detik, lima detik, 30 detik, atau 5 menit.
Hasilnya menunjukkan bahwa secara umum, semakin lama makanan berada di suatu permukaan, maka semakin banyak bakteri yang pindah ke makanan. Namun ada beberapa kontaminasi bakteri yang bisa terjadi dalam waktu kurang dari satu detik.
Contohnya, semangka mengambil sebagian besar bakteri, sementara permen kenyal hanya sedikit. Hal ini karena tingkat tinggi kontaminasi suatu makanan, dipengaruhi oleh tingkat kelembabannya.
“Bakteri tidak memiliki kaki mereka bergerak seiring dengan adanya kelembaban. Hal ini artinya, semakin basah makanan maka semakin tinggi risiko bateri yang ditransfer dari permukaan," ujarnya.
Ia menambahkan, “risiko penyakit akibat memutuskan untuk memakan makanan yang telah jatuh di lantai, akan bergantung pada faktor-faktor prevalensi, konsentrasi, jenis organisme, sifat makanan tersebut (terutama kelembabannya), sifat permukaan, serta lamanya waktu makanan itu melakukan kontak dengan permukaan tersebut,” tulis para peneliti dalam makalah mereka yang dipublikasikan secara online, dalam jurnal Applied and Environmental Microbiology.