Liputan6.com, Jakarta Perih dan sakit seakan datang secara bersamaan ke diri orang-orang yang mengidolakan Raisa dan Hamish Daud. Kemarin malam, 21 Mei 2017, Hamish (yang entah kapan persisnya resmi memacari Raisa) melamar pelantun Terjebak Nostalgia itu.
Berita baik, tapi justru dianggap kabar buruk oleh segelintir orang itu pertama kali muncul dari akun gosip @lambe_turah. Semula para pengikut menganggap ini berita bohong. Namun, empat jam kemudian semua rasa penasaran itu terjawab.
Advertisement
Baca Juga
Tanda pagar Hari Patah Hati Nasional kemudian menggema di jagad maya mengiringi kebahagiaan yang tengah dirasakan Raisa dan Hamish Daud.
Mereka mengaku patah hati, tak siap mendengar kabar bahagia ini. Bahkan tidak sedikit yang mengatakan tidak memiliki gairah untuk melakukan kegiatan apa pun hari ini.
Bila omongan itu adalah sebuah candaan masih dianggap wajar. Akan tetapi, jika pengakuan itu tidak sekadar isapan jempol belaka, dianggap terlalu berlebihan cenderung kekanak-kanakan.
"Mengagumi, oke. Mengidolakan, oke. Bersimpati pun oke. Namun, kalau kemudian sampai menarik diri (enggak mau makan dan nggak ada nafsu untuk beraktivitas) itu tak perlu. Too much," kata hipnoterapis Widya kepada Health Liputan6.com, Senin (22/5/2017)
Menurut Widya, rasa semacam ini sering kali muncul di diri orang-orang yang telanjur menganggap sang idola bagian dari hidupnya. Seolah Raisa dan Hamish Daud adalah miliknya seorang. Padahal, keduanya hanyalah sosok orang yang diidolakan dan dikagumi.
Akibat dari rasa memiliki itu yang membuatnya patah hati, sedih, bahkan kehilangan begitu Raisa dilamar Hamish Daud.
"Enggak usah seperti itu. Idolanya saja dijahati, kitanya bisa ikut kecewa dan marah," kata Widya.