Liputan6.com, Jakarta Berita meninggalnya pakar kuliner nusantara, Bondan Winarno, Rabu (29/11), menyisakan sejumlah cerita. Salah satunya tentang hal yang paling ditakutkan oleh Pak Bondan tentang persaingan yang terjadi di industri bisnis kuliner. Ternyata, ia paling ngeri dengan santet.Â
Kebenaran ini terkuak setelah membaca unggahan seorang pria bernama Antono Purnomo via akun Facebooknya. Dalam tuturannya, Antono membeberkan seputar persaingan tidak sehat yang terjadi antara para pelaku bisnis makanan.
Baca Juga
Apakah selamanya warung yang ramai diserbu para pembeli itu terkenal karena kelezatan varian makanannya atau ada bantuan tangan-tangan gaib di sekelilingnya? Hal mengejutkan terjadi ketika ia mencantumkan hasil wawancaranya dengan Pak Bondan Winarno.
Advertisement
"Beberapa tahun lalu, saya pernah mewawancarai salah seorang pakar kuliner Indonesia, Pak Bondan "Maknyus" Winarno. Salah satu pertanyaan saya adalah, 'apa yang paling ia takuti?' Jawabannya mengejutkan saya: saya takut disantet. Mengapa jawaban itu mengejutkan? Karena saya tidak pernah menyangka ia akan menyebutkan hal itu. 'Masa, seorang Bondan Winarno takut disantet?' Lalu Pak Bondan menjelaskan kepada saya, bahwa ia memperkirakan 99 persen bisnis kuliner di Indonesia menggunakan jasa dukun atau magic sebagai penglaris," tulis Antono dalam akun Facebooknya setahun yang lalu tentang Bondan Winarno.
Â
Simak juga video menarik berikut:
Â
Bondan Winarno paparkan hal mengejutkan
Pada awal tulisannya, Antono menceritakan tentang warung milik temannya di sebuah mal yang harus ditutup. Temannya curhat bahwa ada persaingan yang tidak masuk akal yang terjadi antarpemilik usaha.
"Hal itu terkait dengan penggunaan apa yang umum kita kenal dengan istilah magic atau perdukunan.Artinya, agar dapat menarik pelanggan, lazim bagi para pemilik bisnis kuliner untuk menggunakan jasa dukun (dan tuyul). Dan sebagai bagian dari upaya tersebut mereka tidak segan2 meminta dukun untuk menyerang para pesaingnya. Itulah yang dialami teman saya ini, sampai bisnis kuliner yang baru seumur jagung itu harus tutup karena menerima serangan demi serangan," ungkapnya soal dugaan persaingan klenik.
Sebagai pakar kuliner nusantara, Bondan Winarno tentu saja tidak hanya memahami seluk-beluk makanan enak, tapi juga mengamati kemungkinan ilmu metafisika bermain untuk penglaris dagangannya. Antono kembali menautkan hasil wawancaranya dengan Pak Bondan.
"Kalaupun bukan pebisnis kulinernya, misalnya fast food franchise dari luar negeri, maka pemilik tempatnya yang "bermain".Lantaran hal itulah Pak Bondan menjawab bahwa ia paling takut disantet. Disantet oleh para pemilik bisnis kuliner yang tidak terima dengan kritik ia, atau hanya lantaran menolak memberi cap "maknyus" yang legendaris, sebagai pertanda jaminan mutu," urainya di Facebook.Â
Sedih memang kalau melihat persaingan tidak sehat yang kerap mewarnai peta industri kuliner. Pebisnis kuliner yang polos justru tumbang di tangan para pebisnis yang rela menghalalkan segala cara untuk melariskan dagangannya.Â
Advertisement