Menteri Kesehatan: Buat Nambah Pemasukan, Saya Jualan Rendang

Sebagai perempuan, Menteri Kesehatan juga menceritakan pengalamannya berjualan rendang untuk bisa membantu perekonomian keluarga.

oleh Aretyo Jevon Perdana diperbarui 30 Jan 2018, 10:00 WIB
Diterbitkan 30 Jan 2018, 10:00 WIB
20160714-Menkes Beberkan 14 Rumah Sakit Penerima Vaksin Palsu-Jakarta
Menteri Kesehatan (Menkes) Nila Moeloek mengikuti rapat kerja dengan Komisi IX di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Kamis (14/7). Dalam rapat itu, Menkes Nila membeberkan daftar 14 rumah sakit yang menerima distribusi vaksin palsu (Liputan6.com/JohanTallo)

Liputan6.com, Jakarta Topik perempuan menjadi salah satuĀ pembahasan menarik yang diutarakan Menteri Kesehatan Republik Indonesia,Ā Prof.Dr.dr. Nila Djuwita F. Moeloek, SpM (K), saat memberi arahan pada Rakornis (Rapat Koordinasi Teknis) Riskesdas 2018.Ā 

Dalam arahannya, Nila mengungkapkan perempuan merupakan usaha ekonomi yang terbesar. Hal ini berawal dari pengakuannya bahwa data mengenai angka kematian ibu atau wanita dewasa yang tidak terurai sampai ke unit riset terkecil.

"Tak hanya karena tidak mampu mencapai sarana atau fasilitas kesehatan, tetapi juga terkait dengan kurangnya pendidikan kepada kaum perempuan, seberapa banyak perempuan membantu perekonomian keluarganya," ujar Nila saat memberikan arahan pada Rakornis, Senin (29/1/2018).

Tak hanya itu, sebagai perempuan, Nila juga menceritakan pengalamannya berjualan rendang untuk bisa membantu perekonomian keluarga.Ā Menteri Kesehatan tersebut menekankan apa yang dikatakannya itu serius adanya.

"Ini serius, saya jualan rendang, buat nambah pemasukan. Nggak cukup pemasukan dari kerja sebagai menteri," ungkap Nila, yang spontan disambut gelak tawa oleh hadirin dalam Rakornis tersebut.

Ā 

Simak juga video menarik berikut :

Riskesdas 2018 Melibatkan BPS dan PDGI

Menteri Kesehatan Nila Moeloek
Menkes Nila F Moeloek (kanan) saat diskusi bersama para dokter mata / Foto : Dok.Kemkes

Riskesdas 2018 mungkin agak sedikit berbeda dari tahun sebelumnya. Kali ini, Balitbangkes (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan) melakukan riset dengan mengintegrasikan sampel dari survei sosial ekonomi nasional dari BPS. Tak hanya itu, PDGI pun turut terlibat dalam Riskesdas 2018 tersebut.

Hal ini dilakukan selain untuk mengurangi beban responden saat melakukan riset, juga hanya ada satu angka untuk satu indikator yang sejalan. Integrasi tersebut nantinya akan bermuara pada terwujudnya program satu data.

Ā 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya