10 Hal yang Bos dan Karyawan Harus Ketahui tentang Kesehatan Jiwa di Kantor (1)

Ada hal yang harus diketahui para bos dan karyawan tentang kesehatan jiwa di tempat kerja, yang mana kesehatan jiwa tidak boleh diabaikan.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 10 Okt 2018, 12:00 WIB
Diterbitkan 10 Okt 2018, 12:00 WIB
Bekerja di Kantor
Ada hal yang harus diketahui bos dan karyawan tentang kesehatan jiwa di tempat kerja. (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Ketika Gabe Howard (25) didiagnosis menderita gangguan kesehatan jiwa berupa gangguan bipolar di 2003, ia tidak diterima untuk bekerja kembali di kantor. Meski ia termasuk karyawan yang sukses, nasibnya harus berakhir dengan pemutusan hubungan kerja (PHK).

Alasannya, perawatan untuk gangguan kesehatan jiwa Howard memakan waktu lama dan dianggap sudah tidak produktif lagi bekerja. Setelah PHK, Howard tetap melanjutkan karier di sektor nirlaba. Kini, ia menulis dan berbagi cerita tentang gangguan bipolar yang pernah dialaminya.

Menilik cerita pria asal Amerika Serikat ini, seringkali masalah kesehatan jiwa di tempat kerja dinilai buruk. Ada hal-hal yang harus diketahui bos dan karyawan tentang kesehatan jiwa di tempat kerja.

1. Masalah kesehatan jiwa hadir di setiap tempat kerja

Satu dari lima orang dewasa Amerika mengalami penyakit jiwa setiap tahun. Beberapa gangguan kesehatan jiwa di antaranya gangguan bipolar, stres, depresi, dan gangguan panik.

"Kesehatan jiwa sangat banyak spektrumnya," kata konsultan kesehatan jiwa di tempat kerja yang juga CEO Mind Share Partners, Kelly Greenwood, dikutip dari Forbes, Rabu (10/10/2018).

"Sangat sedikit orang yang 100 persen sehat secara mental."

Ketika terkena gangguan kesehatan jiwa, beberapa karyawan tidak dapat bekerja.

“Kami tahu, depresi adalah penyebab nomor satu karyawan tidak hadir di tempat kerja,” kata Karl Shallowhorn, seorang penasihat program pendidikan dan kesehatan mental Community Health Center of Buffalo.

"Masalah lain yang terjadi adalah presenteisme, yang mana seseorang sedang bekerja, tetapi pikiran mereka tidak benar-benar ada di sana (mengerjakan pekerjaan)."

Meskipun perkiraan bervariasi, satu studi menemukan, Amerika Serikat kehilangan USD193,2 miliar pendapatan per tahun karena masalah kesehatan jiwa. Menghadapi kenyataan ini sangat penting, perusahaan sebaiknya tidak mengabaikan kesehatan jiwa di tempat kerja karena dapat berdampak negatif pada bisnis.

 

 

 

Artikel ini ditulis untuk memeringati Hari Kesehatan Jiwa Sedunia pada hari ini, 10 Oktober 2018.

 

 

* Update Terkini Asian Para Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru di Sini.

 

 

Simak video menarik berikut ini:

Hak kesehatan jiwa di tempat kerja.

Ilustrasi karyawan malas. ©2014 Merdeka.com/Anugrah Yogi Pranata
Karyawan punya hak kesehatan jiwa di tempat kerja. ©2014 Merdeka.com/Anugrah Yogi Pranata

2. Karyawan punya hak kesehatan jiwa di tempat kerja

Meskipun ada banyak perusahaan yang mendukung kesehatan jiwa karyawan, ada juga hal-hal yang harus dilakukan perusahaan.

Menurut U.S. Equal Employment Opportunity Commission, bos tidak boleh memecat karyawan, memaksa berhenti bekerja atau menolak karyawan untuk pekerjaan atau promosi yang dinilai berdasarkan kesehatan jiwa.

Bos harus menyediakan akomodasi yang layak untuk kesehatan jiwa karyawan. Menurut National Alliance on Mental Illness, karyawan dapat mengambil cuti tanpa bayaran hingga 12 minggu untuk menangani krisis kejiwaan.

Menurut Mental Health Parity and Addiction Equity Act, rencana asuransi kesehatan harus mencakup kesehatan jiwa.

Memahami hak-hak karyawan dapat membantu memberdayakan karyawan yang membutuhkan perawatan kesehatan jiwa.

Kesadaran kesehatan jiwa

Ilustrasi karyawan.
Ada kesadaran terhadap kesehatan jiwa di tempat kerja.

3. Kesadaran kesehatan jiwa

Pada akhirnya masyarakat menjadi lebih sadar akan kebutuhan untuk mengatasi kesehatan jiwa. Beberapa pengusaha melakukan hal yang sama.

Salah satu langkah terbesar yang dapat dilakukan oleh pihak kantor adalah mengubah budaya di sekitar karyawan bekerja, terutama stigma negatif. Pandangan buruk dan tidak diterima lagi di lingkungan kerja.

"Tujuannya adalah agar karyawan cukup percaya diri untuk mengatakan, kapan mereka butuh bantuan," kata Howard.

Obrolan kesehatan jiwa bantu pemulihan

Ilustrasi Diskusi Kerja
Obrolan kesehatan jiwa bantu pemulihan karyawan.

4. Obrolan kesehatan jiwa antara karyawan dan manajemen perusahaan dapat membantu pemulihan

Obrolan proaktif dapat membantu sebagian karyawan mendapatkan dukungan yang mereka butuhkan di tempat kerja. Howard merekomendasikan, karyawan dapat mempersiapkan diri dengan catatan dokter, yang menjelaskan diagnosis gangguan kesehatan jiwa dan rekomendasi dokter.

“Ketika Anda meminta akomodasi dari bos, bicarakan dengan penuh percaya diri. Biarkan semua orang tahu, ini akan membantu Anda menjadi karyawan yang lebih produktif,” jelas Howard.

Jangan abaikan masalah kesehatan jiwa

Ilustrasi
Jangan abaikan masalah kesehatan jiwa di tempat kerja.

5. Mengabaikan masalah kesehatan jiwa di tempat kerja dapat memperburuk keadaan

Karyawan yang punya masalah kesehatan jiwa dapat menemukan rencana perawatan terbaik. Sayangnya, perjuangan perawatan mereka dapat menjadi lebih buruk tatkala tempat kerja tidak mendukung.

Perusahaan dapat menawarkan program dan kepemimpinan yang bijaksana untuk mendukung karyawan saat mereka bekerja. Ini untuk mengatasi dan meningkatkan pemulihan kesehatan jiwa mereka.

Kepemimpinan berperan besar dalam menghilangkan stigma kesehatan jiwa di tempat kerja. Pemimpin dapat mendirikan program pelatihan seperti Mental Health First Aid at Work dan karyawan dapat berbicara bebas tentang pengalaman kesehatan jiwa yang dialami.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya