Perokok Shisha Lebih Berisiko Kena Obesitas dan Diabetes

Shisha sama berbahayanya seperti rokok biasa, bahkan membuat perokoknya rentan terkena obesitas dan diabetes

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 06 Jan 2019, 14:00 WIB
Diterbitkan 06 Jan 2019, 14:00 WIB
Shisha
Bupati Dedi Mulyadi bersama Satpol PP Kabupaten Purwakarta menghancurkan barang bukti hasil razia berupa alat isap rokok shisha. (Liputan6.com/Abramena)

Liputan6.com, Jakarta Salah satu jenis produk tembakau yang populer adalah shisha. Walaupun berbeda dengan rokok, namun penelitian mengatakan bahwa shisha tetaplah berbahaya. Bahkan, bisa meningkatkan risiko diabetes dan obesitas.

Dikutip dari Insider pada Minggu (6/1/2019), peneliti dari Brighton and Sussex Medical School, Inggris menemukan bahwa orang lebih berisiko mengalami kenaikan berat badan dan mengembangkan diabetes tipe 2 setelah menghirup asap shisha dibandingkan dengan mereka yang bukan perokok.

Peneliti menganalisis para peserta dari Iran. Mereka diminta mengisi kuesioner yang mencari tahu tentang sejarah merokok, faktor risiko kardiovaskular dan depresi. Mereka lalu melakukan pengukuran hasil biokimia yang diambil dengan tes darah.

Dari 9.840 peserta yang terlibat, 6.742 adalah bukan perokok, 976 adalah mantan perokok, 864 adalah perokok, 1.067 adalah perokok shisha atau "hookah" dan 41 adalah perokok shisha dan rokok biasa.

"Obesitas, sindrom metabolik, diabetes, dan dislipidemia secara positf terkait dengan merokok hookah, sementara secara negatif dikaitkan dengan merokok biasa," tulis para peneliti.

Saksikan juga video menarik berikut ini:

 

Sama beracunnya dengan rokok biasa

Potret Kehidupan Malam Warga Asakusa Tokyo
Seorang pria mengisap shisha di daerah Asakusa di Tokyo (1/12). Asakusa adalah sebuah daerah di Taito, Tokyo, Jepang. (AFP Photo/Martin Bureau)

Selama ini, banyak yang mengaitkan shisha tidak lebih beracun daripada rokok biasa. Beberapa peneliti mengatakan bahwa benda tersebut sesungguhnya lebih merusak kesehatan.

"Satu sesi merokok hookah mungkin sama dengan lebih dari sebungkus rokok dan senyawa beracun yang dihirup mungkin lebih besar," kata Profesor Gordon Ferns dari Brighton and Sussex Medical School kepada The Telegraph.

"Tidak jelas mengapa ini dikaitkan dengan obesitas dan diabetes. Ada kemungkinan bahwa racun dalam asap merangsang respon peradangan yang menyebabkan jaringan menjadi resisten terhadap efek hormon insulin, yang mengatur glukosa dalam darah," tambah Ferns.

Di sisi lain, ada kemungkinan ini juga terkait dengan perilaku lain yang mengarah pada kenaikan berat badan.

British Heart Foundation (BHF) mengatakan, biasanya tembakau shisha mengandung tembakau yang sama dengan rokok. Mereka juga memiliki nikotin, tar, karbon monoksida, serta logam berat seperti arsenik dan timah.

"Akibatnya, perokok shisha berisiko terhadap jenis penyakit yang sama dengan perokok, seperti penyakit jantung, kanker, penyakit pernapasan dan masalah selama kehamilan," klaim BHF.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya