Ilmuwan Tiongkok yang Klaim Sukses Memodifikasi Gen Bayi Terbukti Langgar Aturan

Ilmuwan ini dinyatakan melanggar banyak peraturan terkait penyuntingan gen di Tiongkok

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 23 Jan 2019, 13:00 WIB
Diterbitkan 23 Jan 2019, 13:00 WIB
Periset He Jiankui (kiri) dan Zhou Xiaoqin bekerja di laboratorium di Shenzhen, China (AP)
Periset He Jiankui (kiri) dan Zhou Xiaoqin bekerja di laboratorium di Shenzhen, China (AP)

Liputan6.com, Jakarta Anda mungkin masih ingat dengan seorang ilmuwan asal Tiongkok yang mengklaim dirinya berhasil "membuat" bayi yang lahir dengan modifikasi genetik. Namun, klaim yang membuat para ilmuwan geger itu dianggap melanggar aturan oleh pihak berwenang.

Dilansir dari Live Science pada Rabu (23/1/2019), ilmuwan tersebut, Jiankui He, dianggap melakukan pemalsuan. Para pejabat setempat mengatakan kepada Xinhua News bahwa dia dengan sengaja melewati jalur untuk mengejar ketenaran pribadi.

Reuters melaporkan, satuan petugas dari Komisi Kesehatan di Provinsi Guangdong, Tiongkok melakukan penyelidikan terhadap kegiatan He. Dalam laporan awal, pihak berwenang menyatakan bahwa ilmuwan itu menghindari pengawasan untuk menghasilkan bayi yang dimanipulasi secara genetik. Tiongkok secara eksplisit telah melarang tindakan ini.

He sendiri mendapatkan kecaman dari ilmuwan di dunia pada November 2018 lalu. Saat itu, dia mengumumkan lahirnya bayi kembar yang embrionya diklaim telah dimodifikasi secara genetik.

 

Simak juga video menarik berikut ini:

Memalsukan tes darah

He Jiankui
Ilmuwan ini klaim berhasil merekayasa genetika pada bayi manusia (Youtube: The He Lab)

He mengklaim bahwa dirinya menggunakan alat penyuntingan gen bernama CRISPR/Cas9 dan menghapus gen yang terkait dengan HIV. Namun, penelitian dianggap sebagai studi yang prematur dan tidak bertanggung jawab. Selain itu, dampak di masa depan bagi bayi tersebut juga tidak diketahui.

Penyelidikan menemukan bahwa studi tersebut secara serius melanggar prinsip etika dan integritas ilmiah. Selain itu, teknologi yang digunakan untuk eksperimen tidak memiliki jaminan keamanan dan efektifitas yang memadai.

Dia juga dilaporkan memberikan sertifikat tinjauan etis palsu ketika merekrut delapan pasangan sukarela untuk eksperimen yang dilakukannya dari Maret 2017 hingga November 2018.

Pada penelitian ini, dia memilih pasangan pria dengan positif HIV dan perempuan. Namun, di Tiongkok, orang yang HIV positif dilarang melakukan reproduksi secara medis. Maka dari itu, He menyerahkan tes darah dari sukarelawan yang tidak memiliki HIV ketimbang menggunakan darah dari subyek yang terinfeksi.

 

Dirancang dengan buruk

DNA dan Genetik (iStockphoto)
Ilustrasi DNA dan Genetik (iStockphoto)

Semua organisasi dan personel yang terlibat dalam penelitian ini dilaporkan Xinhua News juga akan mendapatkan hukuman yang sesuai. Southern University of Science and Technology di Guangdong, tempat He melakukan eksperimen, juga membatalkan kontrak dan menghentikan kegiatan penelitannya.

Walaupun penelitian ini punya potensi bagi kesehatan manusia, namun percobaan He dianggap sebagai upaya yang dirancang dengan buruk.

"Dan disesalkan untuk memenangkan 'perlombaan' dan menarik perhatian," kata pakar penyuntingan gen dan teknologi CRISPR di Queensland University of Technology Australia, Dimitri Perrin.

"Efek jangka panjangnya masih belum jelas. Eksperimen ini seharusnya tidak terjadi dan tidak boleh membuka pintu untuk studi serupa lainnya pada tahap ini," kata Perrin.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya