Liputan6.com, Jakarta Rasa marah adalah sebuah keadaan emosional yang alami. Namun, perlu waspada ketika hal tersebut sudah merugikan orang lain, misalnya seperti fenomena pria yang merusak motor kekasihnya karena ditilang baru-baru ini.
Secara alami, cara manusia untuk mengekspresikan kemarahan adalah merespons secara agresif. Marah merupakan respons alami dan adaptif terhadap suatu ancaman. Namun, kita tidak bisa secara fisik menyerang setiap orang atau benda yang membuat kita jengkel. Masih ada hukum, norma, dan akal sehat guna membatasi seberapa jauh kemarahan mengontrol kita.
Baca Juga
Mengutip laman resmi American Psychological Association apa.org pada Jumat (8/2/2019), psikolog yang mengkhususkan diri mempelajari kemarahan Dr. Charles Spielberger mengatakan ada tiga cara utama untuk mengatur kemarahan. Tiga cara itu adalah mengekspresikan, mengendalikan, dan menenangkan.
Advertisement
Mengekspresikan perasaan marah dengan cara yang tegas dan tidak agresif adalah cara paling sehat untuk mengekspresikan kemarahan. Untuk melakukan ini, Anda harus belajar mengetahui apa yang Anda butuhkan, serta bagaimana mencapainya tanpa menyakit orang lain. Bersikap asertif bukan berarti memaksa atau menuntut. Ini berarti menghormati diri sendiri dan orang lain.
Â
Simak juga video menarik berikut ini:
Menenangkan diri dari dalam
Selain itu, kemarahan bisa ditekan, dikonversi, dan dialihkan. Ini terjadi ketika Anda menahan amarah dan berhenti memikirkannya. Fokuslah pada sesuatu yang positif. Tujuannya adalah menghambat atau menekan amarah dan mengubahnya menjadi perilaku yang lebih konstruktif.
Namun, ketika jenis respons kedua tidak bisa diekspresikan, rasa marah bisa berbalik ke dalam diri sendiri. Bahkan, bisa menyebabkan masalah kesehatan seperti hipertensi dan depresi.
Spielberger mengatakan, ketika kemarahan tidak terekspresikan, ini bisa menciptakan masalah lain dan menyebabkan ekspresi kemarahan patologis. Misalnya perilaku pasif-agresif (membalas orang lain secara tidak langsung tanpa memberitahu alasannya, ketimbang berhadapan langsung) dan bermusuhan dengan orang lain secara terus menerus.
Mau tidak mau, Anda harus bisa tenang dari dalam diri sendiri. Ini berarti Anda tidak hanya mengendalikan perilaku fisik, namun juga respon internal. Ambillah langkah-langkah untuk menurunkan detak jantung, menenangkan diri, dan membiarkan perasaan mereda.
"Ketika tidak satupun dari tiga teknik ini berhasil, saat itulah seseorang atau sesuatu, akan terluka," kata Spielberger.
Advertisement