Liputan6.com, Jakarta Pengurangan produksi plastik sekali pakai menjadi salah satu upaya melindungi manusia dari polusi. Laporan terbaru dari Center for International Environmental Law (CIEL) berjudul Plastic & Health: The Hidden Costs of a Plastic Planet pada Februari 2019 menguak, dampak buruk partikel mikroplastik yang dapat menembus jaringan dan sel tubuh.
Baca Juga
Advertisement
Harga plastik yang murah menjadi kenyamanan tersendiri dan tidak sebanding dengan risiko kesehatan yang ditimbulkan. Plastik merusak dan membunuh hewan di seluruh dunia.
"Plastik juga berkontribusi terhadap perubahan iklim dan membuat kita bergantung pada bahan bakar fosil sehingga mencemari udara, air, dan persediaan makanan. Ini sangat membahayakan kesehatan manusia di sepanjang siklus hidupnya," tegas Pemimpin Kampanye Plastik Global Greenpeace Graham Forbes sesuai rilis yang diterima Health Liputan6.com, ditulis Jumat, 22 Februari 2019.
Ia merekomendasikan, sebaiknya perusahaan segera mengurangi produksi plastik sekali pakai, lalu bergerak menuju sistem isi ulang dan penggunaan kembali (reuse).
"Sudah waktunya untuk menolak konsumsi berlebih dan korporasi yang terus menjual plastik sekali pakai," lanjutnya.
Â
Â
Simak video menarik berikut ini:
Alat pembakaran sampah bukan solusi
Senada dengan Forbes, Juru kampanye Urban Greenpeace Indonesia, Muharram Atha Rasyadi menuturkan, solusi utama dari polusi plastik adalah mengurangi suplai plastik sekali pakai.
"Perusahaan pun harus berinovasi dengan meninggalkan kemasan plastik sekali pakai. Soal pembangunan insinerator (alat pembakaran sampah), bukanlah tindakan yang tepat. Karena sampah plastik yang dibakar akan melepaskan bahan kimia berbahaya ke udara," tambah dia.Â
Sejumlah gerakan dari pemerintah daerah untuk melarang penggunaan kantong plastik harus konsisten dan menyeluruh di seluruh wilayah Indonesia.
Plastik dapat mencemari lingkungan hingga menjadi ancaman bagi satwa yang ada di darat dan lautan.
Â
Advertisement