Liputan6.com, Jakarta Seorang wanita di Pakistan datang ke dokter setelah dirinya kesulitan dalam berhubungan seks dengan sang suami. Tim medis menemukan perempuan itu memiliki masalah pada vaginanya.
Di awal pernikahannya, perempuan yang tidak disebutkan namanya itu tidak melihat adanya masalah pada vaginanya. Namun, ketika dia dan suami mencoba berhubungan seks, mereka kesulitan melakukan penentrasi.
Baca Juga
Mengutip IFL Science pada Senin (24/6/2019), masalah ini berpengaruh pada pernikahan mereka yang baru berjalan enam bulan. Seringkali, sang istri mendapatkan pelecehan fisik dan verbal dari pasangan dan mertuanya, hingga ia memutuskan pulang ke orangtuanya.
Advertisement
"Orang-orang mengatakan kepada keluarga saya, bahwa saya bukan seorang wanita, tapi transgender yang tidak bisa aktif secara seksual dan tidak akan pernah hamil," kata perempuan itu.
Simak Juga Video Menarik Berikut Ini
Kedalaman Saluran Vagina yang Pendek
Ketika mendatangi dokter, dia mengatakan bahwa pernah sakit perut bagian bawah dalam tiga tahun terakhir. Selain itu, dia juga belum pernah mengalami menstruasi.
Sang ibu mengatakan, kemungkinan pubertasnya tertunda. Meski begitu, dokter mengesampingkan pendapat tersebut.
Dalam BMJ Case Reports, dokter menuliskan bahwa perkembangan payudaranya normal. Selain itu, karakter seksual sekunder lain juga tidak menunjukkan masalah.
Begitu pula hasil USG (ultrasonografi) yang menujukkan ukuran rahim dan ovarium normal. Termasuk soal hormonal.
Pemeriksaan fisik akhirnya menemukan penyebabnya. Wanita itu mengalami "blind vagina." Kedalaman organ intim perempuan itu hanya memiliki panjang 2 sentimeter. Selain itu, saluran reproduksinya berujung dengan kantung yang tidak terhubung ke genitalia internalnya.
Advertisement
Bisa Berhubungan Seks Lagi
Mengutip The Sun, dia didiagnosis septum vagina. Kondisi di mana sistem reproduksinya tidak secara utuh berkembang dan menciptakan dinding pemisah jaringan vagina.
Dokter akhirnya melakukan proses bedah pada organ intim wanita tersebut. Mereka memotong jaringan pemisah antar dua bagian vagina, kemudian memasukkan cetakan yang dibungkus kondom ke dalamnya dan dibiarkan seminggu untuk merentangkan rongga baru.
Mereka lalu menggantinya dengan cetakan silikon yang bisa dilepas dan digunakan selama tiga minggu berikutnya.
Setelah itu, dia bisa kembali melakukan hubungan seksual dan tujuh bulan kemudian, hamil seorang anak laki-laki yang dilahirkan secara sesar.
"Operasi ini telah memberi saya kehidupan baru dalam arti yang sebenarnya," kata pasien tersebut.
"Perawatan ini menganugerahi saya dengan hubungan pernikahan yang bahagia, kepercayaann diri, dan bayi yang sehat."