Peneliti Indonesia Diharapkan Temukan Lebih Banyak Senyawa Tanaman untuk Bahan Baku Obat

Indonesia sesungguhnya memiliki ribuan tanaman yang menyimpan senyawa berpotensi untuk obat-obatan

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 21 Agu 2019, 11:57 WIB
Diterbitkan 21 Agu 2019, 11:57 WIB
Peneliti Laboratorium
Ilustrasi Foto Peneliti (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Peneliti di Indonesia didorong untuk lebih banyak lagi mencari senyawa dalam tanaman yang tumbuh di Indonesia dan berguna sebagai bahan baku obat-obatan. Ini juga untuk mengurangi ketergantungan impor dari luar negeri.

"Untuk tidak tergantung Indonesia pada obat kanker impor, bisa kita dapatkan dari tumbuh-tumbuhan dari Indonesia," kata peneliti dari Pusat Penelitian Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Dr. Jamilah.

"Maka peneliti Indonesia harus bersemangat untuk mendapatkan senyawa aktif dari tumbuhan di Indonesia," kata Jamilah usai dikukuhkan sebagai profesor riset di gedung LIPI, Jakarta pada Selasa (20/8/2019).

Jamilah sendiri baru saja menemukan senyawa aktif dalam tanaman berjenis Calophyllum spp, yang bisa menjadi bahan baku obat antikanker dan antimalaria.

Simak juga Video Menarik Berikut Ini

Ribuan Potensi Tanaman untuk Obat

Ilustrasi herbal (iStockphoto)
Ilustrasi herbal (iStockphoto)

Dr. Nina Artanti yang juga peneliti LIPI mengungkapkan bahwa dari ribuan potensi tanaman untuk obat, baru sekitar 300 yang digunakan untuk jamu. Itupun terkadang campuran dari beberapa senyawa.

Selain itu, untuk obat herbal terstandar atau fitofarmaka, jumlahnya jauh lebih sedikit karena senyawa yang ditemukan dalam setiap tanaman bisa berbeda-beda khasiatnya ketika ditanam di tempat yang berbeda. Hal ini bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti tanah dan yang lain-lain.

"Jadi karena pada waktu standarisasi kelihatan. Misalnya kalau dalam penelitian saya benalu, kita harus cek kandungannya supaya seragam. Kalau tidak di sini berkhasiat di sana tidak," ujarnya. Belum lagi terkait dengan uji klinis pada fitofarmaka.

Padahal, Nina mengatakan seperti bahan baku berupa kulit kina, kualitas yang dihasilkan di Indonesia bisa lebih baik daripada yang diimpor.

"Jadi mungkin harus ada juga kebijakan dari negara seperti di Tiongkok atau India agar industri mau memanfaatkan hasil penelitian dari sini. Proses penemuan obat memang mahal dan panjang, tapi kalau yang mengarah pada herbal terstandar itu masih bisa dilaksanakan," tambahnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya