Peneliti London Perkirakan, Koronavirus Wuhan Sudah Menginfeksi Lebih dari 1.000 Orang

Peneliti London ungkap kemungkinan orang yang terinfeksi koronavirus penyebab pneumonia di Wuhan bisa mencapai seribu

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 19 Jan 2020, 20:00 WIB
Diterbitkan 19 Jan 2020, 20:00 WIB
Ilustrasi virus.
Ilustrasi virus. (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Apabila otoritas Tiongkok menyatakan bahwa pneumonia dari koronavirus baru menginfeksi sekitar 50 kasus, namun para peneliti dari London memiliki analisis yang berbeda.

Dalam sebuah makalah pada Jumat, 17 Januari 2020, para ilmuwan dari MRC Centre for Global Infectious Disease Analysis di Imperial College, London mengemukakan, kemungkinan jumlah orang yang terinfeksi virus penyebab pneumonia di Wuhan bisa mencapai lebih dari seribu.

Para peneliti ini mengatakan, mereka memperkirakan hingga 12 Januari, setidaknya ada 1.723 orang terinfeksi koronavirus ini di Wuhan.

Angka tersebut didapat dari data kasus yang dilaporkan dari luar Tiongkok, dua di Thailand dan satu di Jepang, untuk mencari tahu berapa banyak kemungkinan mereka yang terinfeksi, serta berdasarkan lalu lintas penerbangan internasional Wuhan.

"Bagi Wuhan yang mengekspor tiga kasus ke negara lain bisa menyiratkan akan ada lebih banyak kasus daripada yang telah dilaporkan," kata salah satu penulis laporan Profesor Neil Ferguson seperti dikutip dari Channel News Asia pada Minggu (19/1/2020).

Saksikan juga Video Menarik Berikut Ini

Lebih Waspada Terhadap Potensi Penularan

Penyakit Pneumonia
Penyakit Pneumonia (Sumber: iStockphoto)

Temuan ini membuat orang-orang harus lebih waspada terhadap potensi penularan dari manusia ke manusia meski belum bisa dikonfirmasi apakah hal itu benar terjadi atau tidak.

"Orang-orang harus mempertimbangkan kemungkinan penularan substansial dari manusia ke manusia lebih serius daripada yang mereka alami sejauh ini," kata Ferguson. Dia menambahkan, belum tentu juga paparan awal penyakit ini berasal dari hewan yang terinfeksi.

Ferguson juga mengatakan terlalu dini untuk panik soal masalah ini. Meski dia sendiri mengungkapkan dirinya lebih was-was ketimbang beberapa minggu yang lalu.

Sejauh ini, beberapa pakar belum menganggap virus baru ini sama mematikannya dengan SARS. Namun penyelidikan masih terus dilakukan.

"Ini adalah tahap investigasi di mana kita perlu melanjutkan dengan hati-hati dan bersiap untuk segala kemungkinan," kata Nancy Messonnier, ahli penyakit pernapasan dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) di Amerika Serikat seperti dikutip dari Aljazeera.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya