Sebelum Virus Corona Ditetapkan Darurat Kesehatan Global, Dua Dekade Lalu Tiongkok Didera SARS

Sebelum darurat virus corona, hampir dua dekade lalu, Tiongkok pernah didera SARS.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 01 Feb 2020, 13:00 WIB
Diterbitkan 01 Feb 2020, 13:00 WIB
Penyakit SARS (Sumber: iStockphoto)
SARS merebak di Tiongkok dua dekade lalu. (Sumber: iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Jauh sebelum virus corona Wuhan atau yang dikenal 2019-nCoV ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) atau kondisi darurat kesehatan yang mengancam dunia, Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) pernah merebak di Tiongkok.

Wabah SARS di Provinsi Guangdong pertama kali mencuat ke publik pada tahun 2003. Sebenarnya, SARS mulai muncul pada November 2002 di Provinsi Guangdong. Butuh waktu berbulan-bulan hingga SARS diketahui publik.

Data WHO tertanda 22 Mei 2003 mencatat, total kumulatif sebanyak 8.046 kasus SARS dan 682 kematian akibat SARS telah dilaporkan di 28 negara. Angka tersebut mengalami peningkatan dari 5.000 kasus pada 28 April, 6.000 pada 2 Mei, dan 7.000 pada 8 Mei 2003.  

Pemerintah Tiongkok mengumumkan tim pakar WHO yang di Beijing akan melakukan perjalanan ke Provinsi Guangdong untuk menyelidiki wabah SARS di sana. WHO berangkat menyelidiki SARS di Provinsi Guangdong pada 2 April 2003.

"Ini adalah langkah yang sangat positif yang diambil oleh Tiongkok" kata Dr David Heymann, yang waktu itu menjabat sebagai Direktur Eksekutif Penyakit Menular di WHO, dikutip dari situs resmi WHO, Jumat (31/1/2020).

"Sebagai hasilnya, kami dapat mengumpulkan lebih banyak bukti tentang wabah SARS di Tiongkok.

WHO mulai merekomendasikan agar orang yang bepergian ke Daerah Administratif Khusus Hong Kong dan Provinsi Guangdong mempertimbangkan untuk menunda, kecuali perjalanan yang penting. Hong Kong, Hanoi, Singapura, Toronto, dan Tiongkok termasuk daerah dengan peringatan penyebaran SARS.

Simak Video Menarik Berikut Ini:

Kerja Sama Global

Pemudik Imlek Dihantui Virus Misterius di China
Orang-orang mengenakan masker penutup mulut saat menuju stasiun kereta api Beijing untuk mudik Tahun Baru Imlek pada Selasa (21/1/2020). Wabah virus korona seperti SARS yang menyebar di China dan mencapai tiga negara Asia lainnya bisa menular dari manusia ke manusia. (NICOLAS ASFOURI/AFP)

Rekomendasi perjalanan yang muncul sebagai hasil dari perkembangan baru, khususnya di Hong Kong dan beberapa negara, yang mana wabah SARS melintasi batas negara. Namun, rekomendasi ini tidak berlaku untuk penumpang yang hanya transit melalui bandara di Wilayah Administratif Khusus Hong Kong atau Provinsi Guangdong.

Dikeluarkannya rekomendasi perjalanan untuk membatasi penyebaran SARS dengan mengurangi bepergian ke area berisiko tinggi. 

Indikasi penyebaran SARS telah menyebar dan kemungkinan ada rute transmisi SARS lainnya. Ini mungkin melibatkan virus yang dibawa dari satu orang ke orang lain. Sejak 19 Maret 2003, sembilan pelancong diidentifikasi positif SARS ketika kembali dari kunjungan ke Wilayah Administratif Khusus Hong Kong di Tiongkok.

Wabah SARS di Guangdong termasuk terbesar yang dilaporkan serta menunjukkan bukti penyebaran pada komunitas yang lebih luas. Bahkan lebih dari 300 kasus baru sejak Maret 2003 dilaporkan, yang mengindikasikan wabah di sana terus berlanjut.

Kerjasama global yang belum pernah terjadi sebelumnya membantu memajukan pengetahuan dan penahanan SARS

Dalam empat minggu setelah SARS diketahui publik, WHO melacak SARS. Sebagian besar para ilmuwan, dokter, kepala laboratorium dan pejabat kesehatan masyarakat bekerja sama dengan erat.

Hasil peringatan darurat kesehatan global yang dikeluarkan WHO pada 15 Maret 2003, otoritas nasional menerapkan pengawasan tinggi untuk kasus-kasus SARS. Sementara itu, semakin banyak negara yang melaporkan kasus baru, kasus cepat diidentifikasi, pasien diisolasi dan penularan lokal dihentikan di sebagian besar negara di dunia.

Upaya yang dilakukan berupa metode pengendalian infeksi untuk menahan penyebaran SARS di rumah sakit. Negara-negara yang tidak memiliki peralatan paling modern ikut menerapkan metode tersebut.

WHO dan 11 jaringan laboratorium top dunia menunjukkan, penyebab SARS dan tes diagnostik dikembangkan. Tes ini akan membantu membedakan antara mereka yang terinfeksi dan terbebas dari virus SARS.

Jaringan laboratorium pun melanjutkan penyelidikannya. Sejauh ini, agen penyebab SARS belum sepenuhnya ditandai dan tidak ada pengobatan tertentu, vaksin atau tindakan pencegahan lainnya yang diketahui.

"Akan ada penyakit baru lainnya yang akan muncul di masa depan. Dan kami akan merespons seperti menghadapi  SARS. Dengan upaya maksimal untuk menahan penyebarannya," kata Dr Guénaël Rodier, yang waktu itu menjabat Direktur Pengawasan dan Respons Penyakit Menular WHO.

Pencegahan SARS

Ilustrasi kapal pesiar.
Pencegahan SARS. Ilustrasi kapal pesiar. (dok. Tama66/Pixabay/Tri Ayu Lutfiani)

Rilis WHO tertanggal 4 Juni 2003 mengeluarkan pedoman SARS, ketika ada dugaan atau kemungkinan kasus SARS di atas kapal, semua individu, kelompok, dan pihak berwenang yang terlibat dalam industri kapal pesiar, termasuk kru, staf layanan kesehatan, operator jalur pelayaran, pemilik, dan otoritas kesehatan pelabuhan harus mengetahui prosedur ini.

Semua pelancong internasional, baik awak dan penumpang kapal pesiar harus mengetahui gejala dan tanda-tanda utama SARS, yang meliputi demam tinggi (lebih dari 38 derajat Celsius); satu atau lebih gejala pernapasan seperti batuk, sesak napas, kesulitan bernapas; kontak dekat dengan orang yang telah didiagnosis SARS denganriwayat perjalanan 10 hari sebelumnya ke daerah-daerah dengan terjangkit penyebaran SARS.

Sebelum naik, seluruh penumpang dan kru dalam pelayaran internasional yang berasal dari daerah dengan terjangkit SARS harus menerima dan mengisi Formulir Penyaringan SARS pra-keberangkatan singkat dengan pertanyaan mengenai gejala, kontak, dan riwayat perjalanan terkini ke suatu daerah. 

1) Seseorang yang menunjukkan gejala-gejala dengan SARS, tidak boleh bepergian sampai ia sepenuhnya pulih. Otoritas kesehatan setempat harus diberitahu dan pasien segera dipantau kondisi kesehatan.

2) Seseorang yang melaporkan telah melakukan kontak dekat dengan kemungkinan orang yang SARS dalam 10 hari terakhir, tetapi sehat, tetap tidak boleh bepergian. Orang yang bersangkutan harus dinasihati untuk waspada terhadap gejala SARS selama 10 hari setelah paparan dan terus dipantau oleh otoritas kesehatan masyarakat setempat.

3) Seseorang yang tidak menunjukkan gejala-gejala di atas, dan belum pernah terkontak dengan SARS selama periode 10 hari sebelumnya, harus diberi informasi tentang SARS dan diperintahkan  segera mencari perhatian medis jika gejala SARS muncul.

Tak hanya di kapal, jumlah penerbangan selama penyebaran SARS mungkin terjadi dengan total kasus menjadi 27 kasus. Satu penerbangan pesawat CA112, yang terbang dari Hong Kong ke Beijing pada 15 Maret 2003, sekarang diketahui telah menyumbang 22 dari 27 kasus.

WHO mengetahui adanya 31 penerbangan tambahan dengan kemungkinan penyebaran SARS. Dalam data pembaruan, tidak ada penerbangan yang terlibat dalam penyebaran SARS selepas tanggal 23 Maret 2003.

Data lengkap tentang informasi tempat duduk untuk semua kasus belum diperoleh. Namun, dalam satu penerbangan, orang yang duduk tujuh baris di depan dan lima baris di belakang orang dengan SARS mengembangkan penyakit ini.

WHO mengetahui empat pramugari, dua di antaranya berada di penerbangan CA112 telah terinfeksi SARS.

  

Konferensi Global Pertama tentang SARS

Penyakit SARS
Konferensi global pertama SARS di Malaysia pada 18 Juni 2003. (Sumber: iStockphoto)

Selama Juni 2003, jumlah kasus baru SARS secara bertahap menyusut. WHO yakin bahwa semua negara yang pernah mengalami wabah mengungkapkan, berkurangnya jumlah kasus bukanlah "fenomena alami" yang dapat dikaitkan dengan perubahan infektivitas virus SARS, seperti yang sering terjadi pada penyakit baru.

Sebaliknya, pengurangan dramatis jumlah kasus SARS adalah hasil dari upaya monumental di pihak pemerintah dan staf perawatan kesehatan, didukung publik yang berpengetahuan luas dan kooperatif. Prestasi ini jauh lebih mengesankan jika dilihat bertentangan dengan sifat SARS sebagai penyakit baru yang sangat sulit dihadapi dan berbahaya.

SARS adalah penyakit baru pertama yang parah dan  menular untuk menyerang masyarakat global. Penyebaran penyakit baru ini menjadi ciri dunia yang sangat saling berhubungan, saling tergantung, dan sangat mobile (bergerak). Adapun laporan penyusutan dari SARS digelar dalam konferensi global pertama kalinya di Kuala Lumpur, Malaysia pada 18 Juni 2003.

Salah satu pertanyaan paling penting untuk masa depan, apakah SARS dapat dihilangkan atau diberantas. Ada upaya yang dapat menekan SARS. Pertama, intervensi efektif yang mampu menekan penyebaran SARS, yakni vaksin harus tersedia.

Kedua, alat diagnostik yang mudah digunakan diperlukan dengan sensitivitas dan spesifisitas yang cukup untuk mendeteksi tingkat infeksi.Tujuannya jika rantai penularan dari manusia ke manusia terputus, agen virus tersebut tidak dapat bertahan hidup.

Capai Pemberantasan SARS

SARS menewaskan 349 orang di daratan Cina dan 299 lainnya di Hong Kong pada 2003
SARS menewaskan 349 orang di daratan Cina dan 299 lainnya di Hong Kong pada 2003. (Liputan6.com/AFP)

Untuk mencapai pemberantasan SARS di tingkat global, intervensi kontrol yang aman, sederhana, dan terjangkau. Tindakan pengendalian untuk SARS meliputi deteksi dan isolasi kasus, pelacakan, dan tindak lanjut dari orang yang terkontak, serta karantina.

Tes diagnostik yang memadai masih belum tersedia untuk SARS dan harus menjadi prioritas utama. Tes itu juga perlu cukup sederhana dan terjangkau untuk digunakan di negara-negara yang memiliki berbagai sistem dan sumber daya kesehatan.

Para peneliti di konferensi  juga mengkonfirmasi bahwa terlalu sedikit yang paham tentang asal-usul virus SARS. WHO terus menekankan perlunya memutus rantai penularan dari manusia ke manusia melalui penggunaan alat kontrol.  

Selain itu, para ilmuwan tidak mengesampingkan kemungkinan bahwa SARS akan muncul kembali ketika kondisi lingkungan atau musim mendukung penyebaran di antara manusia. Jika ini terjadi, negara-negara harus siap dengan sistem pengawasan siaga dan strategi kesiapsiagaan yang baik.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya