Jangan Keliru, Penyakit Covid-19 Penyebabnya Virus SARS-CoV-2

COVID-19 adalah nama penyakitnya, sementara SARS-CoV-2 adalah nama dari virus penyebab penyakit tersebut

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 05 Mar 2020, 11:00 WIB
Diterbitkan 05 Mar 2020, 11:00 WIB
Ilustrasi Virus Corona 2019-nCoV (Public Domain/Centers for Disease Control and Prevention's Public Health Image)
Ilustrasi Virus Corona 2019-nCoV (Public Domain/Centers for Disease Control and Prevention's Public Health Image)

Liputan6.com, Jakarta Selama ini, orang-orang lebih sering menyebut COVID-19 yang sedang merebak di dunia dengan istilah "virus corona" saja. Apabila kita kembali melihat ke beberapa waktu yang lalu, World Health Organization (WHO) telah memiliki nama baik untuk penyakit dan virus yang sebelumnya hanya dikenal dengan 2019-nCoV ini.

Juru bicara Republik Indonesia terkait penanganan virus corona, Achmad Yurianto mengatakan bahwa COVID-19 adalah nama untuk penyakitnya. Sementara virusnya, bernama SARS-CoV-2.

"Referensi WHO menyatakan bahwa nama penyakit adalah COVID-19. Penyebabnya virus yang namanya SARS Coronavirus tipe 2 atau kalau digampangkan (contoh lain), penyakitnya tifus penyebabnya kuman yang namanya salmonella," kata Yuri dalam konferensi pers pada Selasa pekan lalu di Jakarta, ditulis Kamis (5/3/2020).

Namun, Yuri mengungkapkan banyak pakar lebih sering menyebutkan nama virusnya ketimbang penyakitnya atau COVID-19. Pergeseran penyebutan ini dikarenakan adanya perubahan pada virus tersebut.

"Berubah dalam kaitan gejala yang dimunculkan menjadi berubah. Yang semula gambarannya sakit keras, sampai angka kematian dan sebagainya seperti gambaran di Wuhan, yang sekarang malah asimptomatis, tidak ada gejalanya," kata Yuri menjelaskan.

Simak juga Video Menarik Berikut Ini

Perubahan Gejala Klinis dari Virus

Virus Corona COVID-19 dari Mikroskop
Gambar menggunakan mikroskop elektron yang tak bertanggal pada Februari 2020 menunjukkan virus corona SARS-CoV-2 (oranye) muncul dari permukaan sel (hijau) yang dikultur di laboratorium. Sampel virus dan sel diambil dari seorang pasien yang terinfeksi COVID-19. (NIAID-RML via AP)

Dalam pemaparannya, Yuri mengatakan pola seperti ini analog dengan penyakit "saudaranya" SARS yang awalnya begitu ganas dan perlahan menjadi seasonal flu.

"Sama dengan 2009 ada yang namanya H1N1 atau swine flu, flu babi. Sadis sekali, kematiannya tinggi dan sebagainya. Lama-lama sekarang, jadi flu biasa," kata Yuri yang juga Sekretaris Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI tersebut.

Sehingga, seiring berubahnya virus, Yuri mengatakan COVID-19 menjadi lebih sulit untuk dideteksi oleh alat seperti thermal scanner yang merupakan pemindai suhu tubuh. Situasi tersebut terjadi dengan seperti yang sekarang terjadi pada dua pasien di Indonesia.

"Dia tertular oleh orang yang masuk ke Indonesia dalam kondisi tidak panas, sehingga kita tidak tahu kalau dia sakit," ujarnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya