Liputan6.com, Jakarta Setiap tahun kasus demam berdarah dengue (DBD) menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) di beberapa wilayah di Indonesia. Pemerintah daerah setempat pun mengeluarkan status KLB, yang ditandai adanya peningkatan jumlah kasus kejadian dan kematian.
Publik mungkin bertanya-tanya, kenapa DBD terus menerus menjadi KLB? Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan RI, Siti Nadia Tarmizi mengungkapkan, ada dua alasannya.
Advertisement
"Pertama, karena ada nyamuk Aedes aegypti, yang membawa virus demam berdarah dengue. Selama nyamuknya ada dan hidup di tengah-tengah kita, demam berdarah pasti terjadi," ungkap Nadia di Gedung Kementerian Kesehatan, Jakarta, kemarin (11/3/2020).
"Kedua, selama kita hidup di negara tropis, persoalan DBD tetap ada. Nyamuk masih tetap hidup dan berkembangbiak."Â
Iklim tropis menjadi lokasi favorit nyamuk Aedes aegypti berkembangbiak. Penyebaran nyamuk si pembawa demam berdarah dengue hampir meliputi seluruh daerah tropis di dunia, salah satunya Indonesia.
Saksikan Video Menarik Berikut Ini:
Agar Tidak Terjadi KLB Besar-besaran
Adanya laporan KLB DBD, seperti halnya yang terjadi saat ini di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur perlu ditangani agar tidak terjadi angka kasus tinggi. Data Kementerian Kesehatan dari Januari hingga 11 Maret 2020, angka kematian di Sikka sebanyak 104 orang.Â
Angka kasus kejadian DBD di Sikka mencapai 1.209 kasus. Oleh karena itu, kita harus menjaga agar tidak terjadi KLB besar-besaran di daerah lain.
Ketika ada gejala demam yang tidak turun, Anda harus segera ke rumah sakit. Demam menjadi salah satu tanda kena DBD.
"Kita menghadapi demam berdarah, demam yang tidak turun selama tiga hari sudah harus ke fasilitas kesehatan. Nanti diperiksa darah, demam berdarah atau tidak. Rata-rata dokter sudah tahu bagaimana gejala demam berdarah dan penanganannya. Kalau standar kompetensinya sama," Nadia menerangkan.
Penanganan yang segera menghindari terjadinya kematian. Jika peradangan akibat virus DBD tidak ditangani, maka pasien bisa kehilangan nyawa. Keterlambatan ke rumah sakit menjadi salah satu faktor pasien DBD meninggal.
Advertisement