Dokter Paru Sebut Kebiasaan Merokok Memberikan Tempat Duduk bagi COVID-19

Merokok disebut sebagai salah satu faktor risiko yang membuat seseorang lebih rentan terkena COVID-19

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 15 Mar 2020, 15:00 WIB
Diterbitkan 15 Mar 2020, 15:00 WIB
20160205-Kanker Paru Paru-iStockphoto
Ilustrasi Rokok (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Perokok menjadi salah satu kelompok yang dinilai berisiko terinfeksi virus corona penyebab COVID-19. Hal ini terkait dengan kondisi paru-paru mereka yang dianggap lebih rentan.

Prof. Amin Soebandrio, Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman mengungkapkan bahwa merokok meningkatkan reseptor ACE 2, yang oleh para peneliti, ditemukan sebagai reseptor bagi virus corona penyebab COVID-19.

"Karena ACE 2 ekspresinya meningkat, otomatis merokok ini dapat menyebabkan sel paru itu menjadi lebih rentan terhadap infeksi saluran napas karena molekulnya lebih banyak," kata Amin dalam sebuah temu media di kantor Ikatan Dokter Indonesia, Jakarta, ditulis Minggu (15/3/2020).

Dokter spesialis paru Feni Fitriani, Ketua Pokja Masalah Rokok Perhimpunan Dokter Paru Indonesia juga senada dengan Amin. Menurutnya, reseptor ini seperti tempat duduk.

"Pada orang yang merokok menyebabkan reseptor ACE 2 itu kan tempat yang diduduki oleh si virus, sehingga kalau orang merokok reseptor atau tempat duduknya lebih banyak, jadi virusnya ramai-ramai bisa datang," kata Feni.

Simak juga Video Menarik Berikut Ini

Studi di Tiongkok

Berhenti Merokok
Ilustrasi Foto Stop atau Berhenti Merokok (iStockphoto)

"Kalau reseptornya makin banyak, dosis virusnya yang masuk jadi lebih banyak karena reseptornya lebih banyak, itulah yang memudahkan orang yang merokok jadi lebih mudah sakit," kata Feni.

Feni menambahkan, bukan hanya COVID-19 saja yang mudah menyerang. Kebiasaan merokok juga meningkatkan risiko terhadap beberapa penyakit lain. Menurutnya, tanpa COVID-19 saja, seorang perokok sesungguhnya telah memiliki kerusakan pada saluran napasnya. 

Beberapa studi di Tiongkok terkait COVID-19 juga menunjukkan keterkaitan tingkat keparahan kondisi penyakit dengan riwayat merokok.

Dalam sebuah studi yang dimuat di Chinese Medical Journal 2020, 78 pasien COVID-19 dengan pneumonia yang dirawat selama dua minggu, terlihat bahwa 11 pasien kondisinya memburuk sementara 67 orang lain membaik.

Para peneliti dalam studi tersebut mencatat, 27 persen dari yang kondisinya memburuk memiliki riwayat merokok dan hanya 3 persen perokok yang membaik.

Sementara dalam studi lain yang dimuat di The Lancet pada 2020, para peneliti menemukan bahwa 99 pasien COVID-19 di Wuhan Jinintan Hospital yang dirawat selama 20 hari, 11 pasien meninggal dunia di akhir studi. Ketiga dari mereka adalah perokok dengan dua kematian pertama adalah perokok pria.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya