Liputan6.com, Jakarta Guru besar Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Prof. DR.dr.Bambang Sutrisna, MHSc, meninggal dunia pagi ini 23 Maret 2020 pukul 08.30 WIB. Ia dikonfirmasi oleh RS Persahabatan sebagai Pasien Dalam Pengawasan (PDP) Covid-19.
Laman instagram Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) juga tak luput menyampaikan belasungkawa. "IDI kembali berduka."
Baca Juga
Menurut grup Line yang beredar di kalangan mahasiswa, terakhir almarhum Prof. Bambang masih memberikan kuliah jarak jauh dengan mahasiswa pada hari Sabtu, 21 Maret 2020. Dan selama perkuliahan, beliau tidak berhenti batuknya.
Advertisement
Tentu kabar ini menjadi pukulan besar bagi keluarga yang ditinggalkan. Anaknya, Leonita Triwachyuni, dalam akun media sosial IG stories @nonznonz mengungkapkan kesedihannya atas kepergian ayahnya.
"Hari ini makna #dirumahaja yang sbagian dari kalian abaikan dan jadikan lelucon menjadi airmata buat keluarga kami. Ya memang, ayah saya bisa dbilang bandel, disuru jangan praktek bilangnya kasian orang dari jauh. Ternyata pasien yang dibilang kasian itu adalah suspek COVID dengan rontgen paru2 uda putih semua. Pasien tersebut yang pulang paksa dari RS Bintaro karena ini dan itu." tulisnya.
"Lalu apa efeknya? Ayah saya demam, sesak. Fyi ayah saya adalah orang yang ga pernah ngeluh, patah kaki aja masi jalan, batuk2 masih ngajar dari rumah. Jadi ketika mengeluh sesak, itu ga main2."
"Dibawa ke RS, sesak ga membaik, saturasi terus turun, RJP, intubasi dan meninggal.."
"Saya tulis ini cuma mau minta tolong, plis utk yang punya pilihan, jangan bandel #dirumahaja dan yang uda di RS jangan bandel sampe pulang paksa."
"Yang menyedihkan buat pasien Covid adalah meninggal sendirian, sesak sendirian, mau minta tolong? ga ada perawat berjaga, isolasi tertutup, keluarga ga bisa lihat. Tahu apa yg papa lakukan pas sesak tadi malem? telepon anak dan menantunya, minta tolong. "
"Saya sampai menelpon RS utk kasih tau, karena keluarga ga bisa masuk. Jadi selama kalian punya hidup yang kalian hargai, punya keluarga yg kalian kasihi yang masih hidup plis jangan menambah penyebaran virus."
"Sungguh bukannya mau nakut2in tapi kalian bayangkan kalo keluarga kalian sesak nafas dan telepon2 kalian sambil minta tolong karena sesak, gimana perasaan kalian?
"Ato kalau kalian sendiri akhirnya tumbang karena covid dan diisolasi, sendirian..sesak juga dinikmati sendirian..gimana perasaan kalian?
"Marah??jelas saya marah karena ada orang-orang egois macam kalian yang gak mau nurut dan bawa penyakit buat keluarga kita. Jujur saya dua minggu ini, bahkan gak pulang, takut ketemu orangtua, kenapa? karena saya kerja di RS, dan saya paham betul di rumah saya ada dua orang berusia diatas 60 tahun yang harus dilindiungi. Saya gak punya pilihan untuk #di rumah aja karena saya masih jaga.
Saya ga dapat jatah swab dari RS karena terbatas. Ya saya telah aja sendiri semuanya.
Simak Video Berikut Ini:
Lima dokter lain meninggal terkait corona
IDI juga memposting lima dokter lain yang meninggal terkait corona, yakni:
dr. Hadio Ali, SpS (IDI cab. Jakarta Selatan)
dr. Djoko Judodjoko, SpB (IDI cab. kota Bogor)
dr. Laurentius P, SpKJ (IDI Cab. Jakarta Timur)
dr. Andi Mirsaputra Sp.THT (IDI cab. Kota Bekasi
dr. Ucok Martin, SpP (IDI Cab. Medan)
dr. Toni D Silitonga (IDI Cab Bandung Barat). (Setelah ditelusuri, bukan disebabkan langsung oleh Covid-19. Namun dia merupakan Kepala Seksi Kesehatan Bandung barat sekaligus Satgas Tim Penanggulangan Covid-19. Hari terakhirnya sangat sibuk mempersiapkan Fasilitas Kesehatan di Bandung Barat)
"PB IDI berduka cita amat dalam atas wafatnya sejawat-sejawat IDI sebagai korban Pandemi Covid-19. Semoga apa-apa yang menjadi perjuangan para sejawat kita diterima oleh Allah SWT dengan limpahan pahala yang mulia. Amin. Untuk keluarga yang ditinggalkan, semoga diberi kekuatan dan keikhlasan atas musibah ini. Amin Yra," tulis IDI
Advertisement