Wanita Inggris Meninggal karena COVID-19, Keluarga Sebut Tak Punya Penyakit Bawaan

Wanita 21 tahun dikabarkan meninggal dunia karena COVID-19. Padahal, tak ada penyakit penyerta

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 26 Mar 2020, 13:00 WIB
Diterbitkan 26 Mar 2020, 13:00 WIB
Pemandangan Sepi Kota London Imbas COVID-19
Pemandangan Jembatan Westminster dan Gedung Parlemen di London, Inggris (18/3/2020). PM Inggris Boris Johnson mengatakan seluruh sekolah akan ditutup mulai Jumat (20/3) setelah otoritas kesehatan mengonfirmasi total 2.626 kasus infeksi COVID-19 dan 104 kematian. (Xinhua/Tim Ireland)

Liputan6.com, Jakarta - Selama ini, infeksi virus corona penyebab COVID-19 diketahui lebih berisiko mematikan bagi mereka yang lanjut usia atau memiliki penyakit bawaan. Namun, sebuah kasus di Inggris menunjukkan hal yang berbeda.

Seorang wanita 21 tahun bernama Chloe Middleton meninggal karena COVID-19. Padahal, keluarga mengatakan bahwa dia tidak memiliki penyakit bawaan apa pun.

Dikutip dari The Guardian pada Kamis (26/3/2020), Chloe, asal High Wycombe, Buckinghamshire, meninggal karena virus corona pada 21 Maret lalu. Dia dilaporkan menjadi korban meninggal termuda di Inggis.

"Kepada semua orang di luar sana yang mengira itu hanya virus, tolong pikirkan lagi. Bicara dari pengalaman pribadi, apa yang disebut virus ini telah merenggut nyawa putriku," kata sang ibu Diane di Facebook.

Sang bibi, Emily Mistry mengatakan bahwa Chloe tidak punya masalah kesehatan yang mendasarinya. Keluarga menyatakan bahwa kejadian tersebut menunjukkan betapa berbahayanya penyakit tersebut.

Simak juga Video Menarik Berikut Ini

Keluarga Minta Warga Patuhi Pemerintah

Pemandangan Sepi Kota London Imbas COVID-19
Pemandangan Jembatan Westminster dan London Eye di London, Inggris (18/3/2020). PM Inggris Boris Johnson mengatakan seluruh sekolah akan ditutup mulai Jumat (20/3) setelah otoritas kesehatan mengonfirmasi total 2.626 kasus infeksi COVID-19 dan 104 kematian. (Xinhua/Tim Ireland)

"Kenyataannya adalah virus ini berlangsung di depan mata kita. Tolong, tolong patuhi pedoman pemerintah. Virusnya tak menyebar, orang-orang yang menyebarkan virusnya," kata Emily dalam pesannya seperti dikutip dari Sky News.

Emily mengatakan bahwa dia sempat mengisolasi diri ketika terserang COVID-19 seperti suhu tinggi, batuk, pegal-pegal, dan nyeri.

"Dia memiliki semua gejalanya, sakit nyeri di dada, batuk, dan suhu tinggi," ujarnya seperti dikutip dari Mirror. Dia sempat diperiksa oleh tenaga medis namun kondisinya memburuk setelah itu.

Di sisi lain, otoritas kesehatan belum mengonfirmasi penyebab kematian sesungguhnya dari Chloe.

Sebelumnya, seorang remaja 18 tahun di Inggris dikabarkan meninggal karena COVID-19 pada 23 Maret lalu. Namun, Profesor Kiran Patel, kepada petugas medis di University Hospitals Coventry dan Warwichshire NHS Trust mengatakan bahwa pemuda itu memiliki masalah kesehatan yang mendasarinya.

Sebelumnya, World Health Organization (WHO) juga telah menegaskan bahwa kelompok usia muda juga tidak aman dari COVID-19.

"Anda tidak kebal. Virus ini membuat Anda masuk rumah sakit selama berminggu-minggu atau bahkan membunuh Anda," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya