Anggap COVID-19 Cuma Hoaks, Pria Texas Meninggal Usai Hadiri Pesta COVID

Seorang pasien COVID-19 meninggal di rumah sakit setelah menghadiri sebuah pesta yang disebut “Pesta COVID.” Di mana para pesertanya adalah orang-orang yang tidak percaya bahwa COVID-19 itu benar-benar ada.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 15 Jul 2020, 21:00 WIB
Diterbitkan 15 Jul 2020, 21:00 WIB
Tidak Menjustifikasi Secara Sembarangan
Pandemi Covid-19 Credit: pexels.com/cottonbro

Liputan6.com, Jakarta Seorang pasien COVID-19 meninggal di rumah sakit setelah menghadiri sebuah pesta yang disebut “Pesta COVID.” Para pesertanya adalah orang-orang yang tidak percaya bahwa COVID-19 itu benar-benar ada.

"Kurasa aku melakukan kesalahan. Kupikir ini hoaks, tapi ternyata tidak."

Itu adalah kata-kata terakhir dari seorang pasien berusia 30 tahun yang meninggal di Rumah Sakit Methodist di San Antonio, Texas, Amerika Serikat minggu ini setelah menghadiri "Pesta COVID," menurut pihak rumah sakit.

Jane Appleby, Kepala Petugas Medis untuk Rumah Sakit Methodist dan Rumah Sakit Anak-Anak Methodist, mengatakan dalam sebuah pernyataan tertulis bahwa pasien itu memberi tahu perawat tentang pesta tersebut. Pesta tersebut katanya diselenggarakan oleh seseorang yang didiagnosis positif COVID-19.

"Pikiran mereka adalah berkumpul untuk melihat apakah virus itu nyata dan apakah ada yang terinfeksi," kata Appleby mengutip ABC (13/7/2020).

Appleby mengatakan bahwa dirinya berbagi cerita bukan untuk menakut-nakuti orang, tetapi untuk memastikan mereka memahami bahwa virus dapat menyerang siapa pun.

Sesuai aturan rumah sakit, Appleby harus merahasikan nama pasien. 

Simak Video Berikut Ini:

Kasus Terbanyak di Rentang Usia 20-29

Kota Bexar, San Antonio saat ini memiliki 18.602 kasus yang dikonfirmasi, dengan peningkatan 923 pada Jumat 10 Juli, menurut Departemen Kesehatan.

Rentang usia dengan kasus terbanyak adalah pada orang berusia 20 hingga 29 tahun sebanyak 24 persen, dan 30 hingga 39 sebanyak 20 persen, menurut departemen.

Appleby mengatakan rumah sakitnya melihat lebih banyak kasus pada orang berusia 20-an dan 30-an. Dia mengatakan beberapa dapat dirawat dan dipulangkan tapi sebagian lainnya menjadi sakit parah.

Ia memperingatkan bahwa virus "tidak membeda-bedakan" dan mendorong masyarakat untuk memakai masker dan sebisa mungkin tetap tinggal di rumah.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya