Liputan6.com, Jakarta Pandemi membuat anak menjadi lebih banyak beraktivitas di rumah karena banyak sekolah yang terpaksa ditutup sementara. Meski tak bisa bertemu secara langsung karena pandemi, bukan berarti mereka harus putus hubungan komunikasi dengan teman-temannya.
Sani Budiantini Hermawan, Psikolog Anak dan Keluarga mengatakan, anak-anak di masa pandemi COVID-19 sangat rentan mengalami stres karena sesungguhnya, mereka memang butuh bermain dan bersosialisasi dengan anak-anak lainnya.
Baca Juga
"Karena itu orangtua tidak boleh memutus hubungan mereka dengan teman-temannya," kata Sani dalam dialog yang disiarkan dari Graha BNPB, Jakarta beberapa waktu lalu, ditulis Minggu (25/10/2020).
Advertisement
Dengan kemajuan teknologi, Sani mengatakan bahwa orangtua boleh mendorong anak untuk tetap berkomunikasi dengan teman-temannya secara virtual. Apalagi saat ini, kegiatan belajar mengajar pun juga dilakukan secara daring.
"Jadi jangan lupa orangtua untuk menyemangati. Kadang-kadang bertukar foto, pengalaman, dan sebagainya, itu juga menyenangkan," kata Sani yang juga Direktur Lembaga Psikologi Daya Insani tersebut.
Â
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Â
Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini
Jangan Putus Hubungan
Sani menambahkan, orangtua yang paham akan pentingnya pertemanan biasanya akan mendorong mereka untuk tetap mempertahankan hubungan mereka dengan teman-temannya.
"Jangan malah disetop 'sudah tidak usah ngobrol-ngobrol' padahal sebenarnya itu penting," ujarnya.
"Jadi dalam pembagian waktu setiap harinya, ada tetap anak belajar, ada anak berteman atau berhubungan dengan orang lain, tetap ada berkegiatan. Jadi anak tidak boleh diputus perkembangannya."
Pada kesempatan yang sama, Sani mengatakan bahwa untuk mengedukasi anak soal COVID-19 juga harus disesuaikan dengan tahap perkembangannya.
"Kalau dia dalam usia yang masih dini, berarti yang pertama kita lakukan adalah bahasanya harus nyambung," kata Sani. "Jadi bahasanya harus dimengerti oleh anak, kemudian kita juga memberi tahu, harus menjadi role model seperti memakai masker, anak biasanya mengikuti."
Sani mengatakan, jangan sampai orangtua melakukan edukasi dengan cara menekan atau memaksa anak. Hal ini bisa berakibat pada stresnya buah hati dan malah melakukan kebalikannya.
Â
Advertisement