Belajar dari Kasus Annabelle, Belia 15 Tahun yang Alami Gejala Menopause Dini

Menopause dini terjadi karena adanya peningkatan akselerasi kehilangan sel telur yang luar biasa. Alhasil, kualitas sel telur tak berada di kondisi sebaik di masa reproduksi.

oleh stella maris pada 27 Nov 2020, 18:38 WIB
Diperbarui 02 Mar 2021, 18:08 WIB
Gejala Menopause (istockphoto)
Gejala Menopause (istockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Menopause merupakan kondisi normal yang akan dialami setiap perempuan seiring bertambahnya usia. Umumnya menopause terjadi di rentang usia 45-55 tahun. Namun ternyata, menopause juga bisa terjadi di bawah usia 40 tahun. 

Dikutip lama BBC, kondisi itu dialami oleh Annabelle, seorang remaja berusia 15 tahun yang mengaku mengalami hot flushes atau sensasi panas di sekujur tubuhnya. Ya, hot flushes merupakan salah satu ciri menopause yang dipastikan dialami oleh setiap perempuan yang berhenti menstruasi. 

Namun tidak dengan Annabelle. Di usianya yang masih sangat muda, hormon reproduksi Annabelle yang seharusnya berjalan normal alias menstruasi setiap bulan, justru berhenti di usia 15 tahun dan membuatnya tak bisa hamil. Kondisi yang dialami Annabelle merupakan tanda menopause dini.

Dokter Spesialis Kebidanan Kandungan, Konsultan Fertilitas dr. Marinda Suzanta., D.Mas.,F.ART, Sp.OG (K-Fer) dari RS EMC Tangerang mengatakan beberapa perempuan kemungkinan bisa mengalami menopause dini sebelum usia 40 tahun. 

"Ini yang dinamakan Insufisiensi Ovarium Primer (POI). Insiden atau angka kejadiannya di bawah usia 40 tahun sebesar 1-2 persen. Sementara usia di bawah 30 tahun angkanya sebesar 0,1 persen," jelas dr. Marinda atau yang akrab disapa dr Manda saat berbincang dengan Tim Liputan6.com. 

Dalam kesempatan tersebut, dr Manda menjelaskan bahwa POI tak diketahui pasti penyebabnya (idiopatik) atau terjadi secara spontan.

"Prematur menopause ini idiopatik atau autoimun ooforitis yang menyebabkan terjadinya radang pada panggul hingga berdampak pada sel telur," jelas dr. Manda. 

Itu artinya, menopause dini terjadi karena adanya peningkatan akselerasi kehilangan sel telur yang luar biasa. Alhasil, kualitas sel telur tak berada di kondisi sebaik di masa reproduksi. 

Oleh karena itu, meski tak diketahui penyebabnya, namun dr. Manda menganjurkan agar para perempuan memeriksa organ reproduksinya ke dokter spesialis, jika muncul gejala, seperti menstrual yang sedikit atau memanjang.

"Selain itu penting juga untuk mengonsumsi antioksidan yang membantu menurunkan stres dari sel jaringan dalam tubuh," jelas dr. Manda. 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Cegah Akselerasi Peningkatan Sel Telur

Untuk diketahui bahwa sel telur diproduksi hanya sekali seumur hidup, yaitu saat masih dalam kandungan. Kualitas sel telur pun akan berkurang seiring dengan waktu. 

Oleh karena itulah, perempuan yang memasuki usia produktif disarankan mengonsumsi antioksidan, untuk menjaga kesehatan sel telur dan menjaga kualitasnya, untuk mencegah akselerasi peningkatan kehilangan sel telur. 

Para perempuan disarankan mengonsumsi suplemen dengan kandungan nutrisi untuk menyehatkan sel telur. Maka dari itu, pilihlah suplemen untuk meningkatkan kualitas sel telur yang mengandung Folic Acid atau Asam Folat. 

Dengan rutin mengonsumsi suplemen ini satu kali sehari, artinya kamu membantu menyediakan zat gizi pada sel telur, ketika dilepaskan. Tak cuma itu saja, suplemen juga membantu menyediakan antioksidan yang berguna untuk kehamilan sehat. 

 

(*)

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya