Hari Kanker Sedunia 2021, Kemenkes Dorong Pelayanan Kanker Tetap Berjalan di Masa Pandemi COVID-19

Kemenkes juga mendorong agar pelayanan kanker tetap berjalan di masa pandemi COVID-19

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 04 Feb 2021, 13:54 WIB
Diterbitkan 04 Feb 2021, 13:54 WIB
Mencegah Risiko Kanker
Ilustrasi Hari Kanker Sedunia 2021 Credit: unsplash.com/NCI

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia mengatakan bahwa kanker masih menjadi salah satu penyakit yang menjadi penyebab kematian tertinggi di dunia.

Maka dari itu, Cut Putri Arianie, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes mengimbau agar pelayanan kanker tetap bisa berjalan di masa pandemi COVID-19.

Cut Putri mengatakan bahwa di masa pandemi COVID-19, Kemenkes mendorong agar semua pengambil kebijakan tidak semata-mata fokus pada penanganan COVID-19.

"Penanganan terhadap penyakit penyerta termasuk kanker harus menjadi bagian yang terintegrasi karena ini adalah komorbid, dengan fatality rate yang cukup tinggi di kelompok PTM," kata Cut Putri.

Selain itu, Cut Putri juga mengatakan bahwa ketersedian akses layanan kesehatan esensial terutama pengobatan dan tindakan rutin kanker adalah hal yang penting untuk tetap dilakukan.

"Upaya promotif dan preventif, terutama deteksi skrining di fasilitas kesehatan tingkat pertama itu tetap harus berjalan sesuai kondisi pembatasan sosial di daerah," kata Cut Putri dalam temu media virtual terkait Hari Kanker Sedunia Tahun 2021 pada Kamis (4/2/2021).

 

Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini

Tiap 1,1 Detik 1 Orang Terdiagnosis Kanker

kanker paru-paru
Waspada, gaya hidup yang tidak teratur saat ini dapat membuat kanker paru-paru berkembang lebih cepat. (Foto: unsplash)

Kemenkes juga mengharapkan adanya optimalisasi digitalisasi kesehatan, terutama untuk telemedicine atau telekonsultasi untuk mengontrol dan mengurangi mobilitas pasien kanker.

Cut Putri mengatakan bahwa International Agency for Research on Cancer memperkirakan, di 2040 terdapat 29,5 juta kasus baru kanker dengan 16,3 kematian.

"Diperkirakan setiap 1,1 detik ada orang terdiagnosis kanker, dan setiap dua detik ada yang meninggal," ujarnya.

Selain itu, menurut data Globocan pada 2020, kanker payudara masih menjadi kanker tertinggi yang paling banyak dialami wanita di Indonesia.

"Di sini (kanker payudara) ada sekitar 30,8 persen, diikuti kanker leher rahim, kemudian kanker ovarium, kolorektum, tiroid, dan kanker-kanker lain," kata Cut Putri.

Sementara pada pria, kanker paru menjadi jenis yang paling banyak dialami jenis kelamin ini, diikuti kolorektum, liver, nasofaring, prostat, dan kanker lainnya.

"Kalau digabungkan keduanya, maka kanker payudara masih yang tertinggi, kemudian diikuti kanker leher rahim, kanker paru, dan kolorektum," ujarnya.

Pembiayaan PTM Terbesar Kedua

Menurunkan Risiko Penyakit Kanker
Ilustrasi Penyakit Kanker Credit: unsplash.com/NCI

 

Pada anak usia 0 sampai 19 tahun, Cut Putri mengungkapkan bahwa leukemia menjadi kanker yang paling banyak dialami di Indonesia, baik pada perempuan dan laki-laki.

"Insiden kanker anak 2,3 persen dari seluruh kanker di Indonesia," ujarnya.

Ia menambahkan, berdasarkan data Biaya Penyakit Katastropik BPJS Kesehatan dari 2014 hingga 2019, kanker merupakan peringkat kedua pembiayaan terbesar setelah penyakit jantung yaitu sekitar 17,3 triliun.

"Kalau dilihat dari tahun 2014 hingga 2019, total yang dikeluarkan untuk penyakit tidak menular hampir 102 triliun dan kanker masih merupakan pembiayaan nomor dua terbesar," kata Cut Putri.

Infografis Kunci Hadapi Covid-19 dengan Iman, Aman dan Imun

Infografis Kunci Hadapi Covid-19 dengan Iman, Aman dan Imun. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Kunci Hadapi Covid-19 dengan Iman, Aman dan Imun. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya