Liputan6.com, Jakarta Vaksinasi COVID-19 pada lansia di atas 60 tahun sudah dimulai di Indonesia. Dalam fact sheet yang dirilis Pusat Informasi Obat Nasional Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), ada beberapa hal tambahan yang harus diberitahu calon penerima vaksin kepada tenaga kesehatan.
Bagi lansia, beberapa tanda-tanda lain yang akan diperiksa sebelum ia menerima vaksin CoronaVac buatan Sinovac adalah:
Baca Juga
- mengalami kesulitan untuk naik 10 anak tangga,
- penurunan aktivitas fisik (sering merasa kelelahan),
- memiliki 4 dari 11 penyakit (hipertensi, diabetes, kanker (selain kanker kulit kecil), penyakit paru kronis, serangan jantung, gagal jantung kongestif, nyeri dada, asma nyeri sendi, stroke dan penyakit ginjal),
- mengalami kesulitan berjalan kira-kira 100 sampai 200 meter,
- penurunan berat badan yang bermakna dalam setahun.
Terkait hal ini, Profesor Sri Rezeki Hadinegoro, Ketua Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) mengungkapkan bahwa beberapa pemeriksaan tersebut bertujuan untuk skrining sebelum imunisasi.
Advertisement
"Kalau lansia kan mungkin ada satu kondisi kesehatan atau fisik yang sedikit menurun. Sekarang bagaimana caranya kita tahu bahwa dia fisiknya sudah menurun," kata Sri Rezeki saat dihubungi Health Liputan6.com pada Senin (8/2/2021).
Menurut Sri Rezeki, lima kriteria ini untuk mengetahui kerentanan calon penerima. "Jadi tidak usah disuruh jalan-jalan, kita tanyakan saja, misalnya 'Bapak kuat tidak? Kalau pagi masih suka jalan pagi tidak?' jadi bukan dia harus mengerjakan."
Ketika melakukan pemeriksaan pun, tenaga kesehatan juga akan melihat bagaimana kondisi dari lansia calon penerima vaksin, seperti bagaimana ia berjalan dan berkomunikasi.
Â
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Â
Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini
Pentingnya Skrining Sebelum Vaksinasi
Sri Rezeki mengatakan, skrining bagi lansia calon penerima vaksin adalah hal yang sangat penting. Menurut dia, apabila ada kejadian buruk atau bahkan kasus seperti meninggal dunia usai vaksinasi, besar kemungkinan yang akan disalahkan adalah vaksin yang diterima.
"Jadi kita menghindari hal-hal semacam ini karena sulit dibuktikan dan bisa jadi masalah. Makanya kita lebih berhati-hati dengan skrining awal," kata Sri Rezeki.
Ia mengungkapkan, secara umum, pemeriksaan sebelum vaksinasi bagi lansia tak jauh berbeda dengan kelompok usia dewasa yang lebih muda. Hanya saja, calon penerima nantinya akan mendapatkan pertanyaan-pertanyaan seperti yang telah disebutkan di atas.
"Kalau semuanya bagus, tapi kok tekanan darahnya tinggi ya coba istirahat dulu, mungkin lima, sepuluh menit. Kalau normal baru bisa kita teruskan, tetapi kalau masih tinggi kita sarankan untuk berobat dulu. Nanti kalau sudah baik baru kembali," katanya.
"Jadi sekarang lebih mendidik ke kalau sakit ya harus berobat dulu, tetapi ini bukan kontra indikasi, hanya menunda."
Sri Rezeki pun berpesan, apabila akan menjalani vaksinasi COVID-19, maka mereka yang berusia lanjut harus menjaga agar dirinya dalam keadaan yang paling prima.
"Misalnya dia rutin minum obat ya minum obatnya jangan lupa, jangan malas, kontrol dulu. Pokoknya semua keadaan fisik harus dalam keadaan prima. Kalau misalnya tidak pernah berobat, coba deh sekarang berobat. Jadi kita persiapkan dalam kondisi yang paling baik."
Advertisement