[Kolom Pakar] Prof Tjandra Yoga Aditama: Mutasi B117 COVID-19 Sudah di Indonesia

Ada dua kasus dengan mutasi virus corona B.1.1.7 ditemukan di Indonesia, yang ditemukan dari hasil pemeriksaan terhadap 462 sampel dalam beberapa waktu ini

oleh Prof Tjandra Yoga Aditama diperbarui 02 Mei 2021, 13:03 WIB
Diterbitkan 03 Mar 2021, 20:00 WIB
Prof Tjandra Yoga Aditama
Prof Tjandra Yoga Aditama (Foto: Dok. Pribadi)

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Kesehatan pada awal Maret melaporkan bahwa ada dua kasus dengan mutasi virus Corona B117 ditemukan di Indonesia. Penemuan ini diketahui dari hasil pemeriksaan terhadap 462 sampel dalam beberapa waktu ini.

Dari media massa dilaporkan bahwa dengan sudah ditemukannya mutasi virus ini maka Indonesia akan menghadapi pandemi COVID-19 dengan tingkat kesulitan yang semakin berat.

Untuk membahasnya maka sedikitnya ada tiga hal yang perlu kita ketahui tentang hal ini.

Pertama, virus memang akan selalu bermutasi, demikian juga virus SARS CoV2 penyebab COVID-19 ini. Kita kenal awalnya ada mutasi D614G yang sudah mulai ada di dunia sejak Februari 2020 dan beberapa bulan kemudian juga dilaporkan di Indonesia.

Laporan berikutnya adalah B117 yang mulai dilaporkan di Inggris pada Desember 2021 dan sekarang juga dilaporkan di Indonesia, yang lalu dilanjutkan varian mutasi 20H/501Y.V2 atau B.1.351 di Afrika Selatan.

Selanjutnya mutasi lain sudah banyak beredar, seperti P1 atau 20J/501Y.V3 dari Brazil, B.1429 dari California dan B.1526 dari New York.

Kedua, mutasi B117 di Inggris ini nama awalnya adalah VUI-202012/01. Ini bukan penamaan kode genetik. “VUI” adalah kepanjangan dari “Variant Under Investigation”, “202012” karena ditemukannya pada bulan 12 tahun 2020 dan “/01” karena ini laporan pertama dari jenis mutasi ini.

Kejadian ini ditemukan karena pemerintah Inggris mempunyai konsorsium “Covid-19 Genomics UK (COG-UK)”, yang secara berkala memang melakukan sekuensing genetik virus secara random pada ratusan ribu genomvirus dari orang yang terinfeksi COVID-19, suatu kegiatan surveilans genetika yang berskala besar, terstruktur amat baik dan perlu juga dilakukan di negara-negara lain termasuk Indonesia.

 

 

 

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.

Simak Video Berikut Ini:

Selanjutnya

Mutasi ini meliputi beberapa perubahan pada bagian virus, salah satu yang paling penting adalah mutasi N501Y pada antena di permukaannya, yang disebut “spike protein”. Antena inilah yang digunakan virus untuk mengikatkan diri dengan reseptor di tubuh manusia.

Perubahan inilah yang antara lain diduga menjadi penyebab virus menjadi lebih mudah menular antarmanusia dan kalau berkepanjangan akan membuat penularan di masyarakat makin sulit dikendalikan. Pada Januari 2021 peneliti dari Inggris melaporkan dugaan mungkin akan mengakibatkan peningkatan risiko kematian, tapi hal ini masih harus dibuktikan lebih lanjut.

Pertanyaan berikutnya adalah apakah mutasi ini akan mengganggu kerja vaksin COVID-19?

Memang mutasi ini terjadi di antena protein yang biasanya jadi target kerja vaksin. Tetapi, vaksin akan berproses membentuk antibodi melalui berbagai bagian dari protein, sehingga kalau hanyaada mutasi pada satu bagian protein maka diharapkan tidak akan berpengaruh pada efektifitas vaksin. Kembali kita masih harus terus mengamati perkembangan yang ada, dan mungkin akan ada buktiilmiah baru pula.

Hal ketiga yang perlu dapat perhatian adalah bahwa di luar negeri sudah terjadi mutasi ganda, jadi pada seorang pasien ada virus yang sudah bermutasi B117 dan juga ada virus dengan jenis mutasi lain. Pada Februari 2021 konsorsium “COVID-19 Genomics UK (COG-UK)” Inggris mengidentifikasi 11 sampel yang ada mutasi B117 dan juga mutasi E484K sekaligus, sesudah menganalisa 214.159 sekuens di negara itu.

Di bulan yang sama Amerika Serikat juga melaporkan pasien dengan B117 dan juga B.1429, gabungan keduanya diduga menjadi salah satu penyebab kenaikan kasus di Los Angeles beberapa waktu yang lalu.

Kalau satu mutasi saja sudah menimbulkan masalah kesehatan makin besar maka kalau terjadi mutasi ganda maka dampaknya tentu dapat menjadi makin serius dan mempengaruhi perkembangan pandemi COVID-19. Kita di Indonesia tentu perlu waspada dan mengantisipasi berbagai kemungkinan yang ada dan menanganinya dengan baik.

 

 

 

 

**Penulis: Prof Tjandra Yoga Aditama, Direktur Pascasarjana Universitas YARSI/ Guru Besar FKUI/ Mantan Direktur WHO SEARO dan Mantan Dirjen P2P & Ka Balitbangkes

Infografis 6 Cara Ini Bisa Cegah & Obati Pasien Covid-19?

Infografis 6 Cara Ini Bisa Cegah & Obati Pasien Covid-19?
Infografis 6 Cara Ini Bisa Cegah & Obati Pasien Covid-19? (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya