Liputan6.com, Jakarta Pemerintah kembali menerapkan aturan larangan mudik baik bagi warga di dalam maupun dari luar negeri. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya lonjakan kasus COVID-19.
Berjauhan dari keluarga karena kondisi pandemi bukanlah hal mudah untuk dilalui bagi sebagian individu. Jika tak diatasi dengan baik bisa menimbulkan stres bahkan masalah kesehatan mental lainnya.
Baca Juga
Beratnya berada jauh dari keluarga juga turut dirasakan Internationally Certified Life Coach, Rany Moran, yang kini tinggal di Australia.
Advertisement
"Saya udah enggak ketemu orangtua saya itu satu setengah tahun dan baru-baru ini mereka berdua Alhamdulillah sembuh dari COVID-19. Kekhawatiran dan kecemasan sebagai anggota keluarga yang jauh itu tentu besar sekali,” ujar Rany dalam Sharing Session Inspirato Liputan6.com ditulis Kamis (6/5/2021).
Meski demikian, ia memiliki kiat-kiat agar situasi mental tetap terjaga walau tidak dapat bertemu langsung dengan keluarga.
“Saran saya, kita harus tahu bagaimana pengelolaan stres dengan strategi khusus selama adanya pembatasan ini.”
Menurutnya, pengelolaan stres ini terdiri dari tiga tahap yakni tahap pemulihan, kegiatan motivasi, dan kegiatan harapan.
Simak Video Berikut Ini
Penjelasan
Pada tahap pemulihan Rany menjelaskan bahwa kegiatan pemulihan adalah di mana seseorang harus mengembangkan identitas diri sendiri di luar stres atau di luar pekerjaan dan bentuk kebiasaan baru.
Seseorang dapat melakukan kebiasaan-kebiasaan kecil untuk menciptakan rasa positif dan jaga hubungan dengan orang terkasih yang berada di luar kota atau di luar negeri agar tetap erat.
"Lalu nomor dua itu adalah kegiatan motivasi di mana kita bisa memotivasi diri kita, ubah ekspektasi diri kita sendiri, bersyukur karena ini juga menjadi penawar stres dan ingatlah siapa diri kita di luar stres dan kesulitan ini.”
Ketiga adalah kegiatan harapan, walaupun banyak sekali dampak negatif dari pandemi, tapi sebenarnya banyak juga dampak positifnya.
“Ini adalah waktu untuk merefleksikan diri. Kita sering terjebak dalam kesibukan dengan mengorbankan siapa diri kita yang sebenarnya jadi karunia dari krisis ini adalah kita dapat keluar dari kesibukan yang lama dan membuat kita mengevaluasi kembali ide-ide kita mengenai sukses itu apa.”
Pandemi dapat memberi waktu untuk orang-orang berpikir apa arti hidup yang bermakna, evaluasi cara memandang hidup, tujuan hidup, dan menjaga keseimbangan persepsi diri.
“Dan pandemi ini membantu kita untuk membangun hubungan sejati karena kehidupan yang sibuk membuat kita kehilangan momen-momen nyata yang tulus dengan orang yang kita cintai,” kata Rany.
Advertisement