1,5 Juta Anak di Dunia Berstatus Yatim Piatu Akibat COVID-19

Lebih dari 1 juta anak di dunia telah kehilangan orangtua atau keluarga akibat pandemi COVID-19

oleh Novia Harlina diperbarui 24 Jul 2021, 12:00 WIB
Diterbitkan 24 Jul 2021, 12:00 WIB
FOTO: Berjibaku Melawan Gelombang Virus Corona COVID-19 di Indonesia
Pekerja menguburkan jenazah korban virus corona COVID-19 di TPU Pedurenan, Bekasi, Jawa Barat, Selasa (7/7/2021). Indonesia memperluas pembatasan untuk memerangi gelombang virus corona COVID-19 yang mematikan. (REZAS/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Pandemi COVID-19 menyisakan luka mendalam bagi anak-anak di seluruh dunia akibat kehilangan orangtua atau pengasuh karena terinfeksi virus Corona.

Anak-anak yang kehilangan orangtua karena COVID-19 berisiko mengalami dampak buruk jangka pendek dan panjang yang mendalam bagi kesehatan dan keselamatan mereka.

Diperkirakan lebih dari 1,5 juta anak di seluruh dunia kehilangan orangtua, pengasuh, kakek-nenek, dan kerabat dekat lainnya akibat paparan virus SARS-CoV-2. Estimasi angka ini terungkap dari hasil studi tim respons COVID-19 yang terbit di jurnal The Lancet.

Salah satu penulis, dr Susan Hillis menyebut bahwa angka tersebut sungguh mengejutkan. Satu juta anak harus menghadapi kenyataan pahit lantaran kehilangan orangtua selama 14 bulan pertama pandemi COVID-19 menerjang seluruh negara, dan setengah juta sisanya mereka kehilangan kakek-nenek, pengasuh, serta kerabat yang tinggal dalam satu rumah.

Bahkan, tidak jarang juga mereka harus kehilangan kedua orangtua dalam waktu bersamaan yang meninggal dunia akibat terinfeksi COVID-19. Tentu saja kondisi ini sangatlah berat bagi anak-anak.

"Panti asuhan di beberapa negara dilaporkan mengalami kenaikan jumlah penghuni. Angkanya meningkat 2 kali lipat secara global pada paruh 2021 ini," katanya.

Tonton Juga Video Pilihan Berikut Ini :

Dampak Pandemi Covid-19 Bagi Anak-anak

Akibat belum terkendalinya penularan Covid-19 secara global tidak hanya menyebabkan ana-anak rentan terpapar Covid-19, tetapi juga memberi dampak krisis baik dalam segi pendidikan, kesehatan, serta keselamatan.

Anak-anak akan merasakan dampak jangka pendek dan jangka panjang dari pandemi ini, seperti peningkatan resiko penyakit, resiko kekeraan fisik dan seksual.

Para peneliti menyerukan adanya respon yang cepat untuk mengatasi trauma dan kehilangan pada anak-anak terutama kematian orangtua, pengasuh dan kakek-neneknya dalam waktu berdekatan. Tidak hanya itu, mereka juga rentan terhadap kemiskinan, dikarenakan para orantua yang kehilangan pekerjaan dan kesulitan ekonomi.

Studi ini juga menjabar Peru adalah negara tertinggi jumlah anak-anak yang kehilangan orangtua yakni sebanyak 98.975 anak, disusul Afrika Selatan 94.625 anak, Meksiko dengan total 141.132 anak, Rusia sebanyak 29.724 anak, dan Amerika Serikat 113.708 anak.

Tentunya tidak hanya negara0negara tersebut dengan angka tertinggi anak-anak kehilangan orangtua, di India per April 2021 para peneliti memperkirakan sebanyak 43.139 anak berstatuskan yatim piatu.

Lalu bagaimana dengan di Indonesia? Komisi Perlindingan Anak Indonesia (KPAI) juga menyatakan bahwasanya peningkatan kasus Covid-19 juga berdampak pada jumlah anak yang kehilangan pengasuh (orangtua dan kakek-nenek).

Namun, sejauh ini KPAI belum mengantongi jumlah pasti anak-anak yang kehilangan pengasuh akibat pandemi Covid-19.

Berdasarkan catatan Kementerian Kesehatan, kasus kematian akibat Covid-19 di Indonesia hingga kini berjumlah 76.200 orang. Tentu saja dari puluhan ribu tersebut ada ribuan anak-anak yang telah kehilangan orangtuanya.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya