Liputan6.com, Jakarta Jika Anda pernah tersentak saat tidur, meskipun bisa kembali tidur, mungkin ini penyebabnya.
Dilansir dari Livestrong, sentakan saat tertidur disebut hypnic jerk atau awal tidur. Mungkin rasanya seperti tersengat listrik saat tidur, kata Raj Dasgupta, MD, asisten profesor kedokteran klinis di Keck Medicine of USC di Los Angeles, California.
Baca Juga
Namun itu bukan kejang, juga tidak berbahaya. Serta kejadiannya cukup umum, sekitar 70 persen orang mengalami hypnic jerk/sentakan hipnik, yang kadang-kadang disebut hypnagogic jerks/sentakan hipnagogik. Bisa juga Anda memiliki perasaan seolah terjatuh.
Advertisement
Meski tidak ada yang perlu dikhawatirkan jika Anda mengalaminya, jika ini terjadi bisa menjadi petunjuk ada yang tidak beres dengan gaya hidup Anda atau menjadi dorongan untuk lebih merawat diri. Keempat hal berikut ini yang memungkinkan Anda mengalami sentakan hipnik.
1. Anda Kurang Tidur
Menurut Dr. Dasgupta, kurang tidur adalah penyebab paling umum sentakan hipnik.
"Ini mungkin karena Anda tidak mendapatkan kuantitas atau kualitas tidur yang baik," jelasnya.
Kualitas tidur yang buruk berarti Anda tidak mendapatkan tahap tidur REM yang lebih dalam, yang memulihkan. Padahal, jika Anda berhasil mencapai tahap tidur REM yang lebih dalam, bahkan dengan tujuh hingga sembilan jam, seperti yang direkomendasikan National Sleep Foundation, Anda bisa terbangun dengan kondisi segar tanpa kantuk di siang hari.
Untuk mengatasi kurang tidur, pastikan Anda memberi diri Anda cukup waktu di tempat tidur untuk mendapatkan waktu tidur minimal tujuh jam. Mungkin dengan bantuan pengatur waktu tidur untuk mengingatkan Anda. Tentu hal ini didukung dengan tidur bersih, maksudnya meluangkan waktu sebelum tidur untuk aktivitas santai dan menjauhi layar (termasuk ponsel), demi tidur yang berkualitas, saran Dr. Dasgupta.
Â
Simak Video Berikut Ini:
2. Stres
Stres mental dan emosional juga bisa memicu sentakan hipnik. Menurut Dr. Dasgupta, ini sangat cocok dengan gagasan bahwa Anda dapat menggunakan waktu relaksasi atau istirahat sebelum tidur untuk meredakan kecemasan yang mungkin membuat Anda tetap terjaga dan secara fisik rileks sehingga Anda dapat tertidur dengan tenang.
3. Terlalu Banyak Konsumsi Kafein
Stimulan, seperti kafein dan nikotin, juga terkait dengan sentakan hipnik, kata Dr. Dasgupta. Maka tidak heran jika kurang tidur berkaitan dengan konsumsi kafein. Semakin Anda kurang tidur, semakin Anda mungkin mengandalkan kafein untuk membuat Anda tetap terjaga, dan Anda mungkin meminumnya di kemudian hari (bahkan lebih mengganggu tidur Anda).
Jika mengikuti saran badan pengawas obat dan makanan di AS, setiap orang tidak boleh mengonsumsi lebih dari 400 mg kafein, atau menyeduh 4-5 cangkir kopi (seduhan di rumah) setiap hari.
Â
Advertisement
4. Sleep Apnea
Karena sentakan hipnik terjadi selama transisi antara bangun dan tidur, kondisi ini mungkin terjadi jika Anda memiliki sleep apnea, suatu kondisi yang ditandai dengan jeda singkat dalam bernapas sepanjang malam, yang menyebabkan banyak terbangun, jelas Dr. Dasgupta.
Menurut National Heart Lung, and Blood Institute, tanda dan gejala lain dari apnea termasuk mendengkur atau terengah-engah saat tidur (sesuatu yang mungkin diperhatikan pasangan Anda), serta kantuk di siang hari yang berlebihan atau sakit kepala saat Anda bangun. Sleep apnea berbahaya karena dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan diabetes tipe 2, jadi Anda harus menemui dokter untuk mengatasi hal ini.
Â
Sentakan Hipnik VS RLS (Restless Legs Syndrome/Sindrom Kaki Gelisah)
Sentakan hipnik berbeda dengan RLS. RLS bukanlah gangguan tidur, tetapi gangguan yang membuat Anda tidak bisa tidur, jelas Dr. Dasgupta.
Gejala klasik RLS termasuk sensasi tidak nyaman di kaki Anda saat tidur yang biasanya berkurang dengan meregangkan atau menggerakkan kaki Anda. RLS dapat memengaruhi tidur dengan membuat Anda tetap terjaga dan berkontribusi terhadap insomnia.
Ada juga yang disebut PLMD (gangguan gerakan tungkai periodik/periodic limb movement disorder), yang juga kedutan atau gerakan lain pada anggota badan, biasanya melibatkan kaki, yang terjadi pada malam hari, kata Dr. Dasgupta. PLMD ini, meskipun biasanya tidak berbahaya, namun gerakan tersebut dapat membangunkan Anda di malam hari, menyebabkan kelelahan pada hari berikutnya.
Kemudian, pada penderita PLMD juga ditemukan memiliki kondisi lain seperti RLS atau apnea tidur obstruktif. Jika kedutan kaki malam hari ini mengganggu tidur Anda, bicarakan dengan dokter. Maka mungkin ia bisa melihat dasar penyebabnya yang mungkin Anda tidak ketahui atau sekedar mengatahui hal tersebut bermasalah atau tidaknya. Saran dari Dr. Dasgupta, jika Anda memiliki RLS dan PLMD, obatnya minimal hindari kafein
Infografis 3 Manfaat Tidur Cukup Cegah Risiko Penularan Covid-19
Advertisement