46 Persen Pasien Kanker Anak di Indonesia Derita Malanutrisi

Malanutrisi menjadi persoalan yang dialami pasien kanker anak di Indonesia

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 03 Okt 2021, 11:00 WIB
Diterbitkan 03 Okt 2021, 11:00 WIB
Gejala Kanker Darah
Gejala Leukimia pada Anak / Sumber: iStockphoto

Liputan6.com, Jakarta - Nutrisi merupakan salah satu penunjang keberhasilan dalam pengobatan kanker pada anak. Namun, cukup banyak ternyata pasien kanker anak khususnya di Indonesia yang menderita malanutrisi.

Tidak bisa dipungkiri bahwa kelangsungan hidup pasien kanker anak mengalami peningkatan belakangan ini. Ini terjadi karena adanya modalitas pengobatan yang cukup adekuat, baik dalam pembedahan, kemoterapi, maupun radioterapi.

Akan tetapi semua bisa jadi sia-sia apabila pasien kanker anak tidak memeroleh nutrisi yang baik.

"Prevalensi kanker anak di Indonesia berkisar tiga hingga lima persen. Hampir 46 di antaranya menderita malanutrisi," kata dokter spesialis anak konsultan RSUP H Adam Malik Medan, Sumatera Utara, Prof dr Bidasari Lubis SpA(K).

Penjelasan tersebut disampaikan Bidasari dalam webinar Peran Nutrisi Bagi Pasien dan Penyintas Kanker pada Anak yang diadakan Yayasan Onkologi Anak Indonesia (YOAI) pada Sabtu, 2 Oktober 2021.

Menurut Bidasari, malanutrisi bisa terjadi sejak anak datang atau setelah berakhirnya pengobatan kanker. Padahal, nutrisi merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan kesembuhan pasien kanker pada anak di samping modalitas tersebut.

Sebab, kata Bidasari, anak-anak sedang dalam masa tumbuh dan berkembang.

"Oleh sebab itu, di dalam hal ini pentingnya nutrisi yang optimal untuk mengimbangi beban penyakit dan fungsi tubuh. Kalau kurang nutrisi, akan menyebabkan menurunnya fungsi kekebalan dan gangguan di dalam metabolisme obat-obatan," ujarnya.

 

 

Jangan Lupakan Nutrisi Pasien Kanker Anak

Lebih lanjut Bidasari, mengatakan, pada saat ini seluruh dunia mengharapkan bahwa 80 persen pasien anak sembuh dari kanker.

"Itu di negara yang sedang maju. Berbeda dengan kita, di mana kita termasuk negara yang sedang berkembang. Artinya, negara dengan pendapatan yang masih rendah sampai yang sedang. Angka kesembuhan daripada kanker anak itu masih cukup rendah," ujarnya.

Pemerintah, lanjut Bidasari, melalui Dirjen Penyakit Tidak Menular (PTM) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mengeluarkan Permenkes mengenai penanggulangan penyakit tidak menular, dalam hal ini peran daripada semua pihak di dalam promosi kesehatan, deteksi dini, dan perlindungan khusus serta penanganan khusus pada anak-anak kanker.

"Penanganan khusus ini penting sekali, dalam hal ini peran nutrisi. Tanpa nutrisi, penanganan khusus seperti pemberian kemoterapi, radioterapi, maupun pembedahan pada anak-anak kanker tidak akan memberikan hasil yang cukup adekuat. DI samping itu tidak memberikan kualitas hidup anak yang cukup adekuat," katanya.

"Ini problem kita. Problem nutrisi dan problem yang terjadi akibat pengobatan kanker pada anak," Bidasari menambahkan.

 

Kemoterapi

Bidasari mengingatkan kembali bahwa kemoterapi dan radioterapi akan menyebabkan kerusakan pada selaput lendir atau biasa disebut dengan mukosa saluran cerna. Kerusakannya dimulai dari daerah mulut, esofagus, lambung, dan usus halus.

Obat-obatan maupun raditoterapi juga bisa menyebabkan kerusakan pada sum-sum tulang. Terutama kalau pasien kanker anak diberi obat-obatan yang cukup adekuat, seperti pada pasien leukimia, maupun limpoma.

Pada fase induksi, dokter akan memberikan obat yang berat. Ini juga akan memengaruhi perubahan mukosa saluran cerna maupun pada sum-sum tulang. Dan, yang tidak kalah penting bagaimana semua itu turut memengaruhi rambut, kulit, dan pembuluh darah anak yang mengidap kanker.

"Makanya sering pasien-pasien kita menyatakan bahwa tidak mau dikemoterapi dan diraditoterapi karena takut gundul. Padahal, sebenarnya itu adalah efek yang sementara," ujarnya.

"Makanya itu salah satu upaya yang kita lihat bagaimana kita memberikan nutrisi optimal pada pasien ini selama fase pengobatan," Bidasari melanjutkan.

Bidasari, menjelaskan, kerusakan mukosa atau selaput lendir daripada saluran cerna akan menyebabkan gambaran klinis, yaitu anak tidak mau makan, mukosa daripada mulut akan berwarna keputih-putihan yang disebut dengan mukositis dan disertai dengan warna merah, kesulitan menelan, adanya gangguan saluran cerna, lalu ditemukannya kulkus atau ruam, inilah yang mengundang infeksi.

"Sehingga terjadilah kondisi yang sangat memberat anak-anak tersebut," katanya.

 

Ketika anak dengan kanker tidak mendapatkan nutrisi yang baik, berisiko mengalami prognosis yang buruk. Yang akan menyebabkan kesakitan atau angka kematian yang cukup tinggi maupun pengaruhnya pada pengobatan.

"Karena anak kurang nyaman, habis mendapatkan pengobatan tersebut, anak jadi tidak mau berobat atau orangtuanya berkata 'Kasihan anak saya ini. Anak saya semakin menderita setelah dikemoterapi. Akhirnya tidak mau melanjutkan pengobatan," katanya.

Padahal, masalah tersebut disebabkan anak yang tidak mendapatkan nutrisi yang baik. 

Infografis Akar Bajakah dari Kalimantan Bisa Sembuhkan Kanker?

Infografis Akar Bajakah dari Kalimantan Bisa Sembuhkan Kanker?
Infografis Akar Bajakah dari Kalimantan Bisa Sembuhkan Kanker? (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya