Liputan6.com, Jakarta - Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan COVID-19, Wiku Adisasmito mengatakan bahwa di Indonesia ada dua pemeriksaan yang digunakan guna mendeteksi virus Corona di tengah masyarakat.
Pemeriksaan COVID-19 yang pertama adalah dengan deteksi materi genetik virus atau Nucleic Acid Amplification Test (NAAT) seperti PCR dan Tes Cepat Molekuler (TCM), dan kedua adalah menggunakan tes antigen.
Baca Juga
Wiku, menjelaskan, deteksi menggunakan Nucleic Acid Amplification Test (NAAT) sebagai standar utama pemeriksaan dan penegakkan diagnosis COVID-19. Yang digunakan untuk pasien COVID-19, suspek atau orang yang diduga terinfeksi virus Corona, kontak erat, maupun sebagai syarat tertentu pelaku perjalanan.
Advertisement
Sedangkan tes antigen lebih sering digunakan sebagai skrining awalan maupun syarat aktivitas sosial ekonomi, termasuk pelaku perjalanan.
"Karena deteksi NAAT tetap merupakan standar utama, penegakkan diagnosis dari tes antigen untuk pasien maupun kontak erat perlu dilengkapi dengan tes tersebut jika tersedia agar semakin akurat hasilnya," kata Wiku saat konferensi pers virtual pada Selasa, 12 Oktober 2021, sore.Â
Penggunaan antigen di Indonesia dibolehkan sejak Maret 2021. Dan, lanjut Wiku, jumlah orang yang diperiksa PCR dan TCM maupun antigen fluktuatif seiring dengan berjalannya waktu.
Â
** #IngatPesanIbuÂ
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
#sudahdivaksintetap3m #vaksinmelindungikitasemua
Jumlah yang Lakukan Tes Antigen
Lebih lanjut Wiku, mengatakan, pada lonjakan kasus COVID-19 gelombang kedua pada Juli 2021 terlihat bahwa jumlah gabungan orang yang diperiksa dengan PCR dan TCM lebih tinggi dibandingkan antigen, yaitu lebih dari 700ribu orang. Hampir dua kali lipat dari antigen yang hanya 400ribu orang.
"Hal ini menunjukkan bahwa jenis pemeriksaan pada saat itu lebih banyak pada penegakkan diagnosis pada pasien COVID-19, orang bergejala, maupun kontak erat," kata Wiku.
"Gabungan PCR dan TCM pun mendominasi lebih dari 60 persen pemeriksaan Covid pada saat itu," Wiku menambahkan.
Namun, seiring dengan penurunan kasus dan peningkatan kembali aktivitas sosial dan ekonomi , tes antigen kembali mendominasi.
"Kebalikan dari kondisi sebelumnya," kata Wiku
Selama hampir delapan minggu terakhir, lanjut dia, jumlah orang yang diperiksa dengan antigen konsisten lebih tinggi dibanding gabungan PCR dan TCM.
Bahkan, pada 3 Oktober 2021, jumlah pemeriksaan COVID-19 menggunakan antigen mencapai satu juta orang. Empat kali lipat dari gabungan PCR dan TCM yang hanya 260ribu orang saja.
"Perlu diingat bahwa tes PCR dan TCM serta deteksi NAAT lainnya perlu untuk ditingkatkan sebagai standar utama pemeriksaan COVID-19," katanya.
Â
Advertisement
Pemeriksaan Antigen Sebagai Skrining
Pada kondisi COVID-19 yang sedang rendah seperti saat ini, penting untuk menjaga pemeriksaan tersebut tetap tinggi. Agar jika penularan virus Corona kembali meningkat di tengah masyarakat, dapat segera terdeteksi dan ditangani dengan cepat sebelum lonjakan kasus COVID-19 yang signifikan kembali terjadi.
"Pemeriksaan antigen sebagai skrining dapat digunakan dan menjadi akurat dengan catatan alat rapid antigen memiliki akurasi tinggi dibuktikan dengan izin edar dan rekomendasi instansi kesehatan," katanya.
"Kemudian, sampel diambil oleh petugas kesehatan terlatih dengan metode yang benar dan dilengkapi tes konfirmasi PCR atau TCM jika tersedia untuk orang bergejala maupun kontak erat," Wiku menambahkan.
Wiku pun mengimbau masyarakat agar melakukan PCR apabila mengalami gejala COVID-19 maupun kontak erat.
Infografis Perbedaan Rapid Test Antibodi, Rapid Test Antigen, Swab PCR Test
Advertisement