Ketahanan Keluarga dan 3 Indikator Penanganan Fenomena Klitih

Kriminolog Haniva Hasna, M. Krim menjelaskan terkait penanganan fenomena klitih yang marak terjadi di Yogyakarta dan sekitarnya.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 22 Jan 2022, 06:00 WIB
Diterbitkan 22 Jan 2022, 06:00 WIB
Ilustrasi klitih
Ilustrasi klitih. (dok. Pexels/Josie Stephens)

Liputan6.com, Jakarta Kriminolog Haniva Hasna, M. Krim menjelaskan terkait penanganan fenomena klitih yang marak terjadi di Yogyakarta dan sekitarnya.

Klitih merupakan tindak pencegatan dan penganiayaan oleh sekelompok pelajar pada pelajar lain atau korban acak. Biasanya, tindak kriminal ini dilakukan di jalanan pada malam hari.

Menurut kriminolog yang akrab disapa Iva, ketahanan keluarga menjadi penting dalam penanganan klitih. Topik yang sering muncul dalam perbincangan tentang ketahanan keluarga adalah rasa saling mencintai, rasa saling menghormati, saling komitmen satu dengan yang lain, dan rasa tanggung jawab.

“Bila kondisi-kondisi dasar tersebut terjadi di sebagian besar keluarga di Yogyakarta, maka ketahanan keluarga dapat diharapkan menjadi obat yang mujarab dalam menangani fenomena klitih,” kata Iva kepada Health Liputan6.com ditulis Jumat (21/1/2022).

Simak Video Berikut Ini

3 Indikator Penanganan

Selanjutnya, terdapat tiga komponen besar untuk menandai apakah sebuah keluarga memiliki ketahanan yang cukup atau tidak, tambah Iva.

Ketiga komponen tersebut adalah indikator ketahanan fisi, indikator ketahanan psikologis, dan indikator ketahanan sosial.

Dalam indikator ketahanan fisik, sebuah keluarga disebut memiliki ketahanan fisik yang bagus jika kebutuhan-kebutuhan fisiknya aman. Ini dapat ditandai dengan setidaknya salah satu orangtuanya memiliki pekerjaan tetap.

Ketahanan Psikologis

Indikator ketahanan psikologis membahas tentang terbebasnya anggota keluarga dari pembiaran dan gambaran diri yang kabur.

Remaja yang mengalami pembiaran dan tidak memiliki gambaran diri yang jelas akan mengembangkan potensi kenakalannya.

Jika anak dari sebuah keluarga banyak mengalami perasaan cemas, takut, marah, kecewa, putus harapan, maka peran keluarga untuk membantu keluar dari permasalah klitih ini akan sulit dilakukan.

Ketahanan Sosial

Sedangkan, indikator ketahanan sosial merujuk pada adanya partisipasi yang baik dari setiap individu dalam kehidupan keluarga maupun di masyarakat.

Peran sosial ini akan membangun identitas sosial setiap individu. Tercukupinya kebutuhan ini akan menyuburkan jiwa sosial seseorang dan akan menjadi solusi jangka panjang yang baik bagi berbagai eskalasi sosial yang sering timbul di tengah masyarakat.

Upaya-upaya yang bisa dilakukan oleh segenap penyelenggara keluarga adalah dengan memberikan lingkungan yang stabil bagi anak-nak. Lingkungan yang stabil akan membuat anak anak tentram dan tidak perlu membuat ulah untuk mempertegas eksistensi dirinya, termasuk dengan melakukan klitih.

“Apakah ikatan emosi antara anggota keluarga di rumah cukup baik? Ikatan emosi inilah yang akan menjadi pengendali internal bagi anak-anak dalam menunjukkan perilaku mereka yang mungkin saja akan menyimpang.”

Perasaan hormat kepada orangtua, alasan menjaga nama baik keluarga adalah motivasi yang penting ditumbuhkan dalam diri anak-anak. Ikatan emosi yang kuat ini akan menjadi rem bagi mereka yang hendak melakukan perbuatan menyimpang.

Selain itu, bisa juga dilakukan upaya edukasi dengan menggencarkan pembinaan dan penyuluhan, terutama di daerah yang teridentifikasi sebagai tempat tinggal para pelaku klitih.

“Dan yang tidak kalah penting adalah tindakan tegas para penegak hukum dalam menangani pelaku klitih agar menggentarjerakan pelaku dan remaja yang hendak melakukannya,” tutup Iva.

Infografis Kasus Kekerasan terhadap Perempuan di Indonesia

Infografis Kasus Kekerasan terhadap Perempuan di Indonesia. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Kasus Kekerasan terhadap Perempuan di Indonesia. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya