Tekan Penyebaran COVID-19 Omicron RI Agar Tak Terjadi Lonjakan di RS

Omicron menyebabkan kasus harian COVID-19 merangkak naik sehingga perlu penanganan yang ekstra

oleh Liputan6.com diperbarui 15 Feb 2022, 16:44 WIB
Diterbitkan 15 Feb 2022, 16:43 WIB
Mobilitas Warga pada Masa PPKM
Penumpang menunggu kereta saat jam pulang kantor, Jakarta, Rabu (17/11/2021). Pemerintah menyatakan status level PPKM di luar Jawa Bali tidak berubah dan masih mengkaji soal penanganan COVID-19 menjelang libur Natal dan Tahun Baru. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Satuan Tugas Penanganan COVID-19 RI melaporkan bahwa jumlah orang yang terpapar Virus Corona sampai dengan Senin, 14 Februari 2021, sebanyak 4.844.279 kasus dengan jumlah kematian yang menyentuh angka 145.321 kasus.

Dijelaskan Prof Tjandra Yoga Aditama SpP(K) MARS DTCE DTM&H bahwa Omicron punya andil dalam penambahan kasus baru COVID-19 di Indonesia. Bagaimana tidak? Varian yang disebut Tjandra merupakan mutasi dari virus SARS-CoV-2 memiliki tingkat penularan yang relatif cepat dibanding Delta.

"Meski gejalanya lebih ringan dari mutasi sebelumnya yaitu Delta, tapi penyebarannya sangat cepat. Kita tentu harus menekan penyebarannya agar tidak terjadi lonjakan pasien di rumah sakit," kata Prof Tjandra dalam sebuah webinar baru-baru ini.

Tjandra, mengatakan, pemerintah terus melakukan upaya guna menekan penyebaran virus Corona dengan percepatan program vaksinasi COVID-19. Dapat dilihat bahwa hingga 31 Januari 2022, sebanyak 319 juta masyarakat tercatat telah memeroleh vaksin lengkap dan akan vaksinasi booster.

Mengutip pernyataan Dr Bruce Aylward dari WHO bahwa penularan yang tinggi memberikan kesempatan lebih besar untuk virus bereplikasi dan bermutasi. Hal ini menyebabkan risiko mutasi juga menjadi lebih tinggi.

Secara global, jelas Bruce, selama beberapa minggu kasus infeksi COVID-19 meningkat 20 persen. Dia menyebut bahwa pandemi sepertinya belum akan berakhir dalam waktu dekat. Sehingga seluruh masyarakat diimbau untuk meningkatkan proteksi melalui usaha preventif (pencegahan), salah satunya dengan sanotize.

Co Founder dari Sanotize, Dr Gilly Regev PhD memaparkan bahwa Nitric Oxida sudah banyak digunakan sebagai terapi luka dan dinilai mampu bekerja melawan virus maupun bakteri dalam waktu singkat.

 

Melebarkan Pembuluh Darah di Paru-Paru

COVID-19
Situasi Terkini COVID-19 dan Solusinya

Nitrogen oksida (nitric oxide), jelas Miller, adalah gas yang diberikan untuk melebarkan pembuluh darah di dalam paru-paru. Hal ini akan membuat aliran udara menuju ke paru-paru lebih lancar.

"Nitric Oxide awalnya didesain dan diteliti sebagai pencegahan terhadap flu saja. Kami sudah memiliki penelitian untuk viruss-virus flu yang dilakukan oleh sanotize antara lain virus H1N1, HRV, RSV," ujar Miller.

Lebih lanjut Miller, mengatakan, setelah pandemi COVID-19 merebak, Sanotize juga mengujicobakan Nitric Oxide ke virus SARS-CoV-2 dan memberikan hasil mampu membunuh virus Corona termasuk beberapa variannya yaitu Alpha, Beta, Gamma, dan Delta.

"Sekarang sedang dalam proses pengujian varian Omicron," katanya.

Dalam hal ini, dr Ali Alkatiri Msc menyimpulkan bahwa Nitric Oxide memercepat tingkat penyembuhan COVID-19. Tidak hanya dari penyembuhan virusnya (virological cure) tetapi juga dari penyembuhan klinisnya (clinical cure).

Menurut Ali, ini terbukti di uji klinis bahwa waktu penyembuhan pada pasien yang menggunakan terapi standar COVID-19 plus NONS lebih cepat dibandingkan dengan yang hanya menggunakan terapi standar.

Dengan adanya teknologi ini, diharapkan dapat menjadi Langkah preventif untuk menekan penyebaran dan mutasi SARS-CoV-2 virus penyebab COVID-19.

Infografis Ayo Jadikan 2022 Tahun Terakhir Indonesia dalam Masa Pandemi Covid-19

Infografis Ayo Jadikan 2022 Tahun Terakhir Indonesia dalam Masa Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Ayo Jadikan 2022 Tahun Terakhir Indonesia dalam Masa Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya