Melatari Kisah di Film Pelangi Tanpa Warna, Apa Beda Alzheimer dan Demensia?

Pelangi Tanpa Warna berlatar kisah penderita Alzheimer.

oleh Dyah Puspita Wisnuwardani diperbarui 18 Feb 2022, 17:20 WIB
Diterbitkan 18 Feb 2022, 17:15 WIB
Maudy Koesnaedi.
Maudy Koesnaedi membintangi film anyar, Pelangi Tanpa Warna. (Foto: Dok. Instagram @maudykoesnaedi)

Liputan6.com, Jakarta - Film Pelangi Tanpa Warna resmi dirilis pada Kamis, 17 Februari 2022. Film yang dibintangi nama besar seperti Rano Karno dan Maudy Koesnaedi ini berlatar kisah penderita Alzheimer.

Dikisahkan, Fedi (Rano Karno) adalah ayah satu anak yang harus menghadapi kenyataan bahwa sang istri, Kirana (Maudy Koesnaedi) didiagnosis Alzheimer. Gejala seperti mudah lupa akan detail-detail kecil yang dialami Kirana mewarnai jalan cerita. Bukan perkara mudah mendampingi pasangan yang secara perlahan ingatannya memudar.

Untuk mendalami peran Kirana, Maudy mengaku melakukan riset mengenai Alzheimer. Dia juga berdiskusi dengan sang sutradara, Indra Gunawan.

Bahkan Maudy pun menonton beberapa film yang mengangkat kisah mengenai Alzheimer seperti Still Alice yang membawa aktris Julianne Moore diganjar penghargaan Pemeran Utama Wanita Terbaik dari BAFTA, SAG Awards, Golden Globe, hingga Piala Oscar.

Pengalaman bermain sebagai penderita Alzheimer tampaknya memberi kesan dan pemahaman tersendiri bagi Maudy. Ibu satu anak itu mengingatkan bahwa bukan hanya pasien Alzheimer yang perlu mendapatkan dukungan, melainkan juga keluarga yang menjadi caregiver.

Menurut Maudy, keluarga pasien pun patut dibesarkan hatinya. "Yang kaget bukan cuma yang kena lho," ujarnya, mengutip Showbiz-Liputan6.com.

"(Orang di) sekelilingnya pasti ikut syok memahami perubahan yang enggak tahu b isa dicegah apa enggak," Maudy melanjutkan.

Maudy menambahkan, film Pelangi Tanpa Warna mewakili perasaan mereka yang mengalami situasi serupa. Support system yang solid, kata Maudy Koesnaedi, membuat beban pasien dan keluarga lebih ringan.

Lantas, apa itu Alzheimer? Apa bedanya dengan Demensia?

Alzheimer adalah tipe Demensi yang memengaruhi daya ingat atau memori, cara berpikir, serta perilaku. Mengutip Mayoclinic, penyakit Alzheimer adalah kelainan neurologis progresif yang menyebabkan otak menyusut (atrophy) dan sel-sel otak menjadi mati. Gejala Alzheimer pada akhirnya akan berkembang menjadi lebih berat sehingga memengaruhi aktivitas sehari-hari.

Seperti dilansir Alz.org, Alzheimer adalah penyebab umum dari demensia. Secara umum, Alzheimer diartikan sebagai hilangnya daya ingat serta kemampuan kognitif lain yang cukup serius sehingga memengaruhi kegiatan sehari-hari. Penyakit Alzheimer muncul pada 60-80 persen kasus Demensia.

 

Alzheimer Berbeda dengan Demensia

Meski demikian, Alzheimer dan Demensia berbeda. Keduanya tidak sama. Demensia adalah istilah umum untuk penurunan kemampuan mental yang cukup serius sehingga mempengaruhi keseharian. Sementara Alzheimer, seperti telah disinggung, adalah penyebab umum dari demensia. Alzheimer merupakan penyakit spesifik, sedangkan demensia tidak.

Demensia dideskripsikan sebagai sekumpulan simtom yang dikaitkan dengan penurunan daya ingat, pemahaman serta kemampuan berpikir lain. Ada banyak tipe demensia serta berbagai penyebabnya. 

Demensia bukanlah bagian normal dari penuaan. Kondisi tersebut disebabkan oleh rusaknya sel-sel otak sehingga memengaruhi kemampuan berkomunikasi dan cara berpikir, perilaku serta perasaan.

Sementara, Alzheimer merupakan penyakit degeneratif otak yang disebabkan oleh perubahan otak yang kompleks akibat kerusakan sel. Alzheimer akan berujung pada gejala Demensia yang secara bertahap dan seiring waktu semakin parah.

Gejala awal Alzheimer yang paling umum ditemukan yakni kesulitan mengingat informasi baru. Ini karena penyakit tersebut berimbas pada bagian otak yang dikaitkan dengan kemampuan belajar.

Seiring waktu, gejala Alzheimer dapat semakin parah dan melibatkan kondisi disorientasi, kebingunan, serta perubahan perilaku. Pada akhirnya, pasien akan mengalami kesulitan berbicara, menelan, hingga berjalan.

Alzheimer Tidak Bisa Disembuhkan

Meski faktor risiko Alzheimer adalah usia tua, penyakit ini bukanlah bagian normal dari penuaan. Walaupun sebagian besar pasien Alzheimer berusia 65 tahun ke atas, diperkirakan 200 ribu orang Amerika di bawah usia 65 hidup dengan gejala awal Alzheimer.

Hingga saat ini Alzheimer tidak dapat disembuhkan. Tidak ada pengobatan yang bisa mengubah proses penyakit tersebut di otak. Pada stadium lanjut penyakit Alzheimer, komplikasi dari kehilangan fungsi otak yang parah – seperti dehidrasi, kekurangan gizi atau infeksi – bisa mengakibatkan kematian.

Rata-rata, pasien Alzheimer dapat hidup 4 hingga 8 tahun setelah diagnosis. Namun, bisa juga mencapai 20 tahun. Hal tersebut tergantung pada faktor lainnya.

Meski demikian, treatment atau perawatan penyakit ini dapat secara sementara memperlambat timbulnya gejala demensia yang semakin parah dan meningkatkan kualitas hidup pasien Alzheimer dan caregiver.

Saat ini, dunia tengah berusaha menemukan cara yang lebih baik untuk mengatasi penyakit tersebut, menunda keparahan serta mencegah penyakit tersebut semakin berkembang.

 

Infografis

Infografis Ayo Jadikan 2022 Tahun Terakhir Indonesia dalam Masa Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Ayo Jadikan 2022 Tahun Terakhir Indonesia dalam Masa Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya