Liputan6.com, Jakarta - Deteksi risiko kanker payudara sudah bisa dilakukan dari rumah saja dengan melihat keberadaan gen BRCA.
Temuan mutakhir ini merupakan hasil dari kerjasama yang dilakukan DeBio Network dengan Sekolah Tinggi Teknologi dan Sains Hayati Institut Teknologi Bandung (ITB).
Baca Juga
Dari keterangan resmi yang diterima Health Liputan6.com pada Jumat, 8 Mei 2022 dijelaskan bahwa mutasi di gen BRCA-1 dan BRCA-2 diduga berhubungan dengan risiko kanker payudara, kanker rahim, kanker prostat, dan beberapa jenis kanker lainnya.
Advertisement
Oleh sebab itu, ITB dan DeBio Network mengembangkan skrining yang dapat mendeteksi kondisi ini guna mengetahui potensi terkena kanker sejak dini.
Selama ini, mamografi masih diandalkan menjadi skrining paling umum untuk mendapatkan citra kondisi payudara. Dengan mendeteksi keberadaan gen penyebab kanker, potensi ini bisa terdeteksi jauh lebih cepat lagi.
"Mendeteksi mutasi BRCA-1 dan BRCA-2 sangat penting, terutama dalam memberikan terapi terbaik untuk pasien," kata Dr rer Nat Marselina Irasonia Tan dari Sekolah Tinggi Ilmu dan Teknologi Hayati ITB.
Mutasi BRCA-1 dan BRCA-2, lanjut Marselina, bisa diobservasi menggunakan DNA sel bebas. Yang menurut dia merupakan sebuah potensi komponen dari biopsi likuid.
Alasan itu yang mendasari DeBio Network menjalin kerjasama dengan Sekolah Tinggi Teknologi dan Sains Hayati ITB guna menyediakan layanan tes genetika BRCA berbasis urine.
Marselina, menjelaskan, tes ini hanya membutuhkan pengiriman 5 mililiter sampel urine dalam waktu maksimal 63 hari.
"Selanjutnya, tes akan berfokus kepada mutasi exon-2 dari gen BRCA-1. Sehingga bisa diketahui risiko munculnya kanker payudara atau kanker rahim di masa depan," ujarnya.
Deteksi Risiko Kanker Payudara Dari Rumah
Lebih lanjut ahli biomelekul dan genetika dari Sekolah Tinggi Teknologi dan Sains Hayati ITB, Dr Karlia Meitha, menjelaskan, metode tes yang baru ini memungkinkan pengambilan sampel secara invasif.
"Tidak seperti metoda lain yang membutuhkan pengambilan darah," katanya.
Kanker payudara dan rahim, lanjut Karlia, merupakan langkah awal pihaknya dalam berinovasi guna menyelamatkan perempuan di seluruh dunia.
"Ke depan akan ada ribuan penyakit dan kanker lainnya yang bisa dideteksi sjak dini dengan basis desentralisasi layakanan kesehatan," kata CEO DeBio, Pandu Sastrowardoyo.
Pentingnya Deteksi Dini
Kanker payudara adalah kasus yang paling banyak ditemui di seluruh dunia. Sekitar 7,8 juta wanita terdiagnosis mengidap penyakit ini untuk kurun waktu 2015 s/d 2020.
Kanker payudara juga merupakan kanker dengan tingkat kematian tertinggi. Namun, kata Pandu, deteksi dini dan tindakan yang lebih baik telah menurunkan statistik ini sebesar 41 persen dibandingkan tahun 1980-an.
Deteksi dini merupakan faktor penting dalam menyelamatkan pengidap kanker payudara. Berdasarkan riset Alkabban dan Ferguson pada 2018, sebanyak 93 persen kanker payudara stadium dua masih bisa diselamatkan jika terdeteksi dini selama lima tahun pertama.
Deteksi mutasi gen BRCA membuat Dr Mary-Claire King diganjar penghargaan Lasker Koshland Special Achievement Award dalam bidang Sains Medis pada 2014.
Advertisement