Setelah Naik 5 Pekan Berturut-turut, Kasus Mingguan Global COVID-19 Kini Turun

Setelah 5 minggu berturut-turut kasus mingguan COVID-19 global mengalami kenaikan, di minggu ini (11-17 Juli 2022) kasus mulai mendatar.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 21 Jul 2022, 17:00 WIB
Diterbitkan 21 Jul 2022, 17:00 WIB
FOTO: Kasus Corona COVID-19 Global Tembus 2 Juta Pasien
Pengendara sepeda melewati grafiti bertema virus corona COVID-19 yang bertuliskan ‘Happy Easter’ pada dinding di Hamm, Jerman, Senin (13/4/2020). Kasus COVID-19 tertinggi di dunia ditempati oleh Amerika Serikat, Spanyol, Italia, Prancis, Jerman, dan China. (AP Photo/Martin Meissner)

Liputan6.com, Jakarta Setelah 5 minggu berturut-turut kasus mingguan COVID-19 global mengalami kenaikan, di minggu ini (11-17 Juli 2022) kasus mulai mendatar.

Menurut COVID-19 Weekly Epidemiological Update Edition 101 yang dipublikasikan pada 20 Juli 2022, penambahan kasus baru di minggu ini berada di bawah 6,3 juta. Namun, jumlah kematian mingguan baru yang dilaporkan cenderung meningkat dengan jumlah 11.000.

Di tingkat regional, jumlah kasus baru mingguan meningkat di Wilayah Pasifik Barat (bertambah 37 persen), Wilayah Amerika (bertambah 9 persen) dan Wilayah Asia Tenggara (bertambah 5 persen). Sedangkan di Wilayah Afrika mengalami penurunan sebanyak 27 persen dan Wilayah Eropa berkurang 16 persen. Jumlah kasus mingguan baru di Wilayah Mediterania Timur sama dengan angka yang dilaporkan selama minggu sebelumnya.

Di sisi lain, jumlah kematian mingguan baru meningkat di Wilayah Asia Tenggara dengan peningkatan 20 persen, Wilayah Mediterania Timur bertambah 15 persen dan Wilayah Amerika bertambah 7 persen.

Sementara itu, jumlah kematian menurun di Wilayah Afrika sebanyak 39 persen dan Wilayah Eropa menurun 14 persen.

Jumlah kematian mingguan baru di Wilayah Pasifik Barat serupa dengan angka yang dilaporkan selama minggu sebelumnya.

Pada 17 Juli 2022, ada lebih dari 559 juta kasus yang dikonfirmasi positif Corona dan lebih dari 6,3 juta kematian telah dilaporkan secara global, menurut laporan tersebut.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Di Tingkat Negara

FOTO: Lokasi Tes COVID-19 Mulai Ramai Akibat Varian Omicron
Petugas melakukan tes usap PCR kepada warga di Laboratorium Genomik Solidaritas Indonesia (GSI), Kamis (3/2/2022). Merebaknya varian Omicron membuat sejumlah lokasi tes COVID-19 ramai didatangi warga. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Tren saat ini dalam kasus dan kematian COVID-19 yang dilaporkan harus ditafsirkan dengan hati-hati oleh beberapa negara yang telah secara progresif mengubah strategi pengujian COVID-19.

Strategi pengujian yang semakin menurun di berbagai negara mengakibatkan hasil atau jumlah kasus yang terdeteksi menjadi lebih rendah pula. Selain itu, data terus diperbarui mengikuti perubahan reguler yang dibuat oleh negara-negara.

Di tingkat negara, jumlah kasus mingguan baru tertinggi dilaporkan dari Amerika Serikat dengan 866.479 kasus baru atau bertambah 18 persen dari minggu sebelumnya.

Prancis mengalami penambahan sebanyak 757.830 kasus baru atau berkurang 15 persen, Italia 718.925 kasus baru atau bertambah 9), Jerman 602.930 kasus baru atau mengalami penurunan 3 persen, dan Jepang 559.111 kasus baru dan mengalami penambahan signifikan hingga 107 persen.

 Jumlah kematian mingguan baru tertinggi juga dilaporkan dari Amerika Serikat dengan 2.345 kematian baru atau bertambah 5 persen. Disusul oleh Brasil dengan 1.751 kematian baru atau bertambah 7 persen.

Berikutnya, Italia melaporkan 784 kasus kematian baru dengan penambahan 37 persen, Spanyol 610 kematian baru atau menurun 1 persen, dan Cina 576 kematian baru dengan penurunan 17 persen.


34 Studi Vaksin

Vaksin Booster Jadi Syarat Perjalanan
Petugas menyiapkan vaksin COVID-19 dosis ketiga (booster) untuk warga di Taman Suropati, Jakarta, Selasa (5/7/2022). Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkap vaksin booster jadi syarat perjalanan. Termasuk, syarat berbagai kegiatan yang melibatkan masyarakat banyak. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Sampai saat ini, 34 studi dari 14 negara (Argentina, Brasil, Kanada, Chili, Republik Ceko, Denmark, Finlandia, Norwegia, Israel, Qatar, Afrika Selatan, Inggris, Amerika Serikat, dan Zambia) telah secara kolektif menilai perlindungan enam vaksin terhadap varian Omicron.

Dari 34 studi ini, 12 di antaranya berkontribusi untuk perkiraan efikasi vaksin (VE) dari seri primer vaksinasi, empat berkontribusi pada perkiraan vaksinasi booster pertama saja, dan 18 berkontribusi pada keduanya.

Temuan dari studi ini menunjukkan pengurangan VE vaksin seri primer COVID-19 terhadap varian Omicron untuk semua hasil (penyakit parah, penyakit simtomatik, dan infeksi) daripada yang telah diamati untuk empat VOC lainnya.

Yang penting, perkiraan VE terhadap varian Omicron tetap lebih tinggi untuk penyakit gejala parah. Vaksinasi booster pertama secara substansial meningkatkan VE untuk semua hasil dan untuk semua kombinasi jadwal.

Namun, penelitian yang menilai VE vaksinasi booster lebih dari enam bulan untuk mengevaluasi durasi yang lebih lama terkait perlindungan booster masih belum tersedia.


Penelitian Baru

Ilustrasi vaksin Astrazeneca
Ilustrasi vaksin Astrazeneca. (Photo by Mika Baumeister on Unsplash)

Selain negara-negara yang disebut di atas, ahli di Thailand juga melakukan penelitian terkait vaksin.

Data baru dari Universitas Chiang Mai di Thailand menemukan bahwa vaksin COVID-19 AstraZeneca efektif mencegah infeksi COVID-19 akibat Omicron ketika digunakan sebagai booster dosis keempat.

Dalam bukti studi ini, AstraZeneca menunjukkan efektivitas vaksin sebesar 73 persen terhadap varian Omicron yang sangat menular. Persentase tersebut bisa didapatkan ketika tambahan dosis diberikan setelah vaksin primer atau vaksin booster sebelumnya.

Menurut penulis penelitian, temuan ini adalah data pertama yang menilai efektivitas pemberian vaksin COVID-19 empat dosis campuran (heterolog). Temuan ini dipublikasikan di Research Square.

Penulis utama penelitian ini, Emeritus Professor Suwat Chariyalertsak, MD, Dr.PH, Faculty of Public Health, Chiang Mai University, Thailand, mengatakan, penelitian ini memberikan data yang sangat dibutuhkan.

Menurut Suwat, memberikan perlindungan terus-menerus dengan boosting sangat penting untuk kelompok berisiko.

“Penelitian menunjukkan bahwa dosis keempat vaksin COVID-19 dapat membantu mencegah infeksi karena varian Omicron yang sangat menular. Memberikan perlindungan terus-menerus dengan boosting sangat penting untuk kelompok berisiko seperti lansia dan masyarakat dengan penyakit kronik,” kata Suwat.

Infografis Perbandingan Vaksin Covid-19 Sinovac dengan AstraZeneca. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Perbandingan Vaksin Covid-19 Sinovac dengan AstraZeneca. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya