ASI Sulit Keluar 2 Hari Pertama itu Wajar, Berikut Hal-Hal yang Bisa Dilakukan

Pada proses awal menyusui terutama dua hari pertama, ASI memang wajar bila sulit untuk keluar.

oleh Diviya Agatha diperbarui 07 Agu 2022, 10:00 WIB
Diterbitkan 07 Agu 2022, 10:00 WIB
Penelitian Ungkapkan 6 dari 10 Ibu Menyusui Tidak Bahagia dengan Proses Menyusui
Ilustrasi ibu dengan bayi. (Sumber foto: Pexels.com)

Liputan6.com, Jakarta Persoalan asi sulit keluar mungkin pernah dialami oleh hampir semua ibu menyusui. Terutama di fase-fase awal bayi lahir, menyusui jadi hal yang begitu baru dan perlu waktu untuk menyesuaikan.

Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (PP IDAI), dr Piprim Basarah Yanuarso, SpAK mengungkapkan bahwa pada proses awal menyusui terutama dua hari pertama, ASI memang umumnya sulit keluar.

"Jadi dua hari pertama pada saat ASI masih seret, di situ mulai deh godaan dari eyang kanan eyang kiri. Kasihan bayimu itu tega sekali jadi ibu, nanti bayinya rewel. Nah ini godaan," ujar Piprim dalam seminar media World Breastfeeding Week bersama IDAI pada Sabtu, (6/8/2022).

"Kalau ibunya paham, dokternya paham, perawatnya paham, suaminya paham, eyangnya paham. Enggak bakal tergoda gitu (untuk langsung memberikan susu formula), karena bayi itu 24 jam pertama bahkan dua hari pertama itu bisa tanpa ASI," tambahnya.

Hal tersebut lantaran menurut Piprim, bayi memiliki lemak coklat dalam tubuhnya yang dapat diubah menjadi keton dan menjadi nutrisi bagi otak bayi. Sehingga ibu dan orang-orang di sekitar ibu sebaiknya tidak perlu terlalu khawatir jika bayi tidak langsung diberi ASI pada dua hari pertama sejak kelahiran.

"Kuncinya adalah kesabaran semua pihak di hari-hari pertama kehidupan bayi, karena di situ ketika langsung dikasih sufor (susu formula), bayinya kenyang. Nah kalau bayinya kenyang, nyedotnya lemah. Kalau nyedotnya lemah, produksi ASInya makin seret. Sudah, muter-muter di situ saja," kata Piprim.

Hal yang Bisa Dilakukan Jika ASI Sulit Keluar

menyusui
Ilustrasi ibu yang sedang menyusui/copyright freepik.com/cookie_studio

Lebih lanjut Piprim mengungkapkan bahwa ASI biasanya akan mulai banyak keluar pada hari ketiga. Sehingga saat masih sulit keluar, penting untuk lebih tenang dulu.

"Bayi rewel hari-hari pertama enggak ada ASI diapain? Dibiarkan saja, di puk-puk saja, didoain supaya bayinya tenang. Sama-sama tenang semua. Tunggu tanggal mainnya, ASI akan deras sendiri di hari ketiga dan keempat," ujar Piprim.

"Tapi memang kalau saya suka (sarankan) ke anak-anak saya, kamu minum banyak sehari tiga liter minimal. Jadi siapkan botol air mineral 1.5 liter itu dua, nih jatah habisin sehari semalam," tambahnya.

Piprim menambahkan, selain mengonsumsi air putih yang banyak, ibu juga bisa mengonsumsi lebih banyak protein seperti ikan, ayam, dan telur. Serta sayuran, agar kualitas ASI dapat lebih baik.

Selain itu, penting pula untuk ibu mengatur kondisi mentalnya agar ASI dapat keluar dengan lebih baik. Menurut Ketua Satuan Tugas (Satgas) ASI IDAI, Dr dr Naomi Esthernita F Dewanto, SpA(K), salah satu upaya yang bisa dilakukan suami agar istri lancar menyusui adalah dengan melakukan pijat oksitosin.

Pijat Oksitosin untuk Ibu

Ilustrasi pijat
Ilustrasi pijat (Gambar oleh Mariolh dari Pixabay)

Pijat oksitosin dapat dilakukan dengan memijat area tulang belakang yang dapat membantu ibu menjadi lebih rileks sehingga dapat melancarkan produksi ASI.

Jenis pijatan satu ini dianggap bisa efektif bila dilakukan secara rutin dan penuh kasih sayang. Sehingga istri pun bisa merasa diperhatikan mulai dari mental hingga fisiknya.

"Ada pijat oksitosin jadi sebelum menyusui, suaminya suruh pijat. Supaya oksitosinnya keluar. Wah, keren," ujar Naomi.

Selain itu, suami juga dapat membantu istri dalam hal lain. Apabila memiliki anak dengan usia lebih tua, maka suami pun dapat membantu mengurus anak yang lebih tua.

"Kalau dia punya anak yang lebih besar, mungkin suaminya bisa bantu urus anak yang pertama, ganti popok si bayi. Jadi ibu merasa diperhatikan oleh suami dan didukung mentally support-nya dengan tindakan nyata," ujar Naomi.

"Suami, ayah, itu penting banget support yang paling dekat sama ibu. Jadi dia harus benar-benar mengerti. Bapak itu juga terkadang kita harus ajarin," Naomi menjelaskan.

Ciptakan Lingkungan yang Mendukung untuk Menyusui

Suami Punya Peran Utama dalam Membahagiakan Ibu Menyusui
Ilustrasi suami dan istri bersama mengasuh anak. (Sumber foto: Pexels.com)

Naomi mengungkapkan bahwa terkadang beberapa mertua juga seringkali menyarankan pemberian susu formula saat ASI sedang sulit keluar. Padahal, ASI wajar bila sulit keluar di awal-awal pemberian.

"Kalau istrinya mungkin lagi semangat-semangatnya menyusui, terus anaknya nangis karena enggak pas posisinya. Nah si ayah jangan ikut-ikutan, biasanya juga mertua suka 'Sudah-sudah ASI-nya enggak ada, kasih formula saja'. Nah sebaiknya suami jangan begitu," kata Naomi.

"Dia harusnya benar-benar men-support, mengerti bahwa ini baru awal-awal (menyusui). Jadi dia harus bantu supaya si istri enggak stres," tambahnya.

Selain memiliki manfaat karena kandungan di dalamnya, memberikan ASI juga dapat mencegah 20 ribu kematian pada ibu setiap tahunnya. Hal tersebut lantaran memberikan ASI dipercayai dapat menurunkan risiko berbagai penyakit.

"Pada kasus-kasus pendarahan, dengan menyusui itu bisa mengurangi kontraksi risiko pendarahan. Jadi banyak hal-hal yang dapat dicegah dengan pemberian ASI. Risiko-risiko kanker, obesitas, diabetes itu akan berkurang pada ibu yang memberikan ASI," ujar Naomi.

Infografis Syarat Lansia, Komorbid hingga Ibu Menyusui Disuntik Vaksin Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Syarat Lansia, Komorbid hingga Ibu Menyusui Disuntik Vaksin Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya