Mikroplastik Ditemukan di ASI untuk Pertama Kali, Peneliti Khawatir Kesehatan Bayi

Para peneliti mengkhawatirkan dampak kesehatan pada bayi karena mikroplastik yang ditemukan dalam ASI.

oleh Liputan6.com diperbarui 21 Okt 2022, 06:00 WIB
Diterbitkan 21 Okt 2022, 06:00 WIB
menyusui
ilustrasi ibu menyusui/Photo by Zahed Ahmad on Unsplash

Liputan6.com, Jakarta - Mikroplastik terdeteksi dalam Air Susu Ibu (ASI) untuk pertama kalinya. Para peneliti sangat prihatin atas potensi dampak kesehatan pada bayi, melansir dari situs The Guardian.

Meski hingga saat ini, para ilmuwan mengatakan masih meneliti lebih lanjut. Namun mereka menekankan bahwa sejauh ini menyusui tetap menjadi cara terbaik untuk memberi makan bayi.

Sampel ASI diambil dari 34 ibu sehat, seminggu setelah melahirkan di Roma, Italia. Mikroplastik terdeteksi pada 75% di antaranya.

Penelitian sebelumnya telah menunjukkan efek toksik dari mikroplastik pada garis sel manusia, hewan laboratorium dan satwa liar laut. Namun, dampaknya pada manusia yang hidup masih belum diketahui.

Plastik sering mengandung bahan kimia berbahaya, seperti ftalat, yang sebelumnya ditemukan dalam ASI.

Para ilmuwan mencatat konsumsi makanan dan minuman dalam kemasan plastik dan makanan laut yang dikonsumsi para ibu, serta penggunaan produk kebersihan pribadi yang mengandung plastik. Akan tetapi mereka tidak menemukan korelasi dengan keberadaan mikroplastik.

Hal ini menunjukkan keberadaan mikroplastik di mana-mana di lingkungan "membuat paparan ke manusia tak terhindarkan", kata para peneliti. Meskipun demikian, studi di masa depan dapat mengidentifikasi faktor risiko tertentu.

Tim Italia mengidentifikasi mikroplastik dalam plasenta manusia pada 2020.

"Jadi bukti adanya mikroplastik dalam ASI meningkatkan kekhawatiran kami terhadap populasi bayi yang sangat rentan," kata Dr Valentina Notarstefano di Universitas Politeknik Marche di Ancona, Italia.

"Akan sangat penting untuk mencari cara mengurangi paparan kontaminan ini selama kehamilan dan menyusui," katanya.

"Tetapi harus ditekankan bahwa keuntungan menyusui jauh lebih besar daripada kerugian yang disebabkan oleh adanya cemaran mikroplastik. Studi seperti milik kami tidak (menyuruh) mengurangi menyusui anak-anak, tetapi sebaliknya meningkatkan kesadaran publik untuk menekan politisi untuk mempromosikan undang-undang yang mengurangi polusi."

Hasil Penelitian

Ilustrasi Bayi Minum Susu Formula
Ilustrasi bayi minum susu formula. (dok. pexels/Keira Burton)

Penelitian terbaru lainnya mengungkapkan bahwa bayi yang diberi susu botol kemungkinan akan menelan jutaan mikroplastik sehari. Selain itu, susu sapi dapat mengandung mikroplastik.

Sejumlah besar sampah plastik dibuang ke lingkungan dan mikroplastik mencemari seluruh planet, dari puncak Gunung Everest hingga lautan terdalam. Orang-orang mengonsumsi partikel kecil melalui makanan dan air serta menghirupnya, dan mereka telah ditemukan dalam feses bayi dan orang dewasa.

Penelitian tentang ASI yang diterbitkan dalam jurnal Polymers, menemukan mikroplastik yang terdiri dari polietilen, PVC dan polipropilen, yang semuanya ditemukan dalam kemasan.

Para peneliti tidak dapat menganalisis partikel yang lebih kecil dari 2 mikron. Padahal, partikel plastik yang lebih kecil kemungkinan ada. Sampel ASI dikumpulkan, disimpan dan dianalisis tanpa menggunakan plastik. Sampel kontrol juga diproses untuk menyingkirkan kontaminasi.

Sementara faktor risiko mikroplastik spesifik tidak diidentifikasi dalam studi kecil ini, Notarstefano mengatakan, "Kami menyarankan wanita hamil untuk memberikan perhatian yang lebih besar dengan menghindari makanan dan minuman yang dikemas dalam plastik, kosmetik dan pasta gigi yang mengandung mikroplastik, dan pakaian yang terbuat dari kain sintetis."

Mikroplastik Dalam Darah

Menyusui
Menyusui (ilustrasi/Pexels/Laura Garcia)

Mikroplastik ditemukan ada dalam darah manusia pada Maret oleh tim yang dipimpin oleh Prof Dick Vethaak, di Vrije Universiteit Amsterdam di Belanda.

"Studi baru ini memberikan bukti awal bahwa mikroplastik ada dalam ASI [tetapi] diperlukan lebih banyak penelitian dengan jumlah sampel lebih banyak serta metode berbeda untuk mengkonfirmasinya," katanya. "Kami bekerja keras mengumpulkan data ini.

"Kami hanya melihat puncak gunung es dengan mikroplastik. Plastik berukuran nano yang lebih kecil kemungkinan lebih umum dan beracun. Namun, saat ini tidak mungkin untuk menganalisis nanoplastik dalam matriks kompleks, seperti ASI."

"Sampai saat ini, belum ada informasi tentang kemungkinan dampak mikroplastik dan kontaminan terkait pada bayi yang menyusu. Oleh karena itu, penelitian lebih lanjut sangat diperlukan karena tahap awal kehidupan, bayi baru lahir, dan anak kecil tampaknya lebih rentan terhadap paparan kimia dan partikel. Ini harus menjadi prioritas penelitian kesehatan."

Bahaya Mikroplastik bagi Tubuh Manusia

Ilustrasi mikroplastik di lautan (dok. Samsung Electronics)
Ilustrasi mikroplastik di lautan (dok. Samsung Electronics)

Menurut situs Ocean Consevacy, mikroplastik dapat masuk ke tubuh kita melalui udara yang kita hirup, air yang kita minum dan makanan yang kita makan. Ada bukti ilmiah bahwa partikel-partikel kecil ini dapat bersirkulasi ke seluruh tubuh dan memasuki jaringan kita.

Penelitian tentang dampak mikroplastik dalam tubuh manusia masih dalam tahap awal. Akan tetapi sebuah penelitian baru-baru ini memberikan beberapa informasi.

Studi ini meninjau 17 makalah ilmiah yang menguji dampak mikroplastik pada sel manusia dalam pengaturan laboratorium. Dengan menggunakan data ini, penulis dapat lebih memahami bagaimana mikroplastik mempengaruhi kesehatan sel.

Misalnya, bentuk mikroplastik yang berbeda mempengaruhi dampaknya terhadap sel. Waktu paparan yang lebih lama dan jumlah mikroplastik yang lebih tinggi juga menyebabkan lebih banyak kerusakan pada sel tubuh manusia.

Secara keseluruhan, mikroplastik disebut menimbulkan risiko bagi sel manusia. Hal ini sangat memprihatinkan karena manusia mengonsumsi mikroplastik melalui air minum, makanan laut, dan garam.

Pada tingkat paparan saat ini, manusia mungkin sudah mengalami efek toksik dari mikroplastik. Hal ini bisa termasuk respons alergi, kerusakan sel dan kematian sel.

(Adelina Wahyu Martanti)

Infografis 4 Gejala Ringan COVID-19
Infografis 4 gejala ringan COVID-19, source: Liputan6.com
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya