HEADLINE: Omicron XBB.1.5 Kraken Masuk RI, Apa Bisa Bikin Lonjakan Kasus COVID-19?

Indonesia kedatangan Omicron XBB 1.5 alias Omicron Kraken yang disebut-sebut super menular. Hingga saat ini, baru satu kasus yang terdeteksi. Namun, apa bakal membuat lonjakan kasus di tengah kondisi COVID-19 Tanah Air yang terkendali?

oleh Aditya Eka PrawiraBenedikta DesideriaFitri Haryanti HarsonoAde Nasihudin Al AnsoriDiviya Agatha diperbarui 28 Jan 2023, 00:00 WIB
Diterbitkan 28 Jan 2023, 00:00 WIB
Pemerintah Resmi Cabut PPKM di Seluruh Wilayah Indonesia
Masyarakat berjalan di terowongan Kendal, Jakarta Selatan, Jumat (30/12/2022). Pencabutan itu berdasarkan data-data kasus COVID-19 di Indonesia yang sudah menunjukkan penurunan baik kasus aktif maupun kematian di bawah standar WHO. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Kasus COVID-19 yang tengah adem ayem di Tanah Air kembali menjadi perhatian usai terdeteksi satu kasus subvarian Omicron XBB 1.5 alias Omicron Kraken.

Satu kasus Omicron Kraken teridentifikasi dari orang Polandia yang masuk Indonesia lewat Jakarta pada 6 Januari 2023. Tak cuma di Jakarta, orang tersebut sudah melakukan perjalanan ke beberapa wilayah di Tanah Air.

“Dari orang Polandia dan itu dia kenanya di Balikpapan. Tapi yang bersangkutan sudah sempat travel di beberapa tempat. Hasilnya, saya tahu di whole genome sequencing (WGS) ketemu XBB 1.5,” kata Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta pada Rabu, 25 Januari 2023.

Budi menuturkan pada 7 Januari 2023, orang tersebut melakukan perjalanan ke Balikpapan, Kalimantan Timur. Hasil rapid antigen negatif. Namun, pada 11 Januari ia melakukan tes PCR dengan hasil positif COVID-19.

"Tanggal 11 Januari, dia mau naik kapal jadi di PCR sebagai syarat masuk kapal dan hasilnya positif,” kata Budi.

Setelah ketahuan positif COVID-19, ia menjalani isolasi mandiri di sana sepekan. Pada 18 Januari, orang tersebut sudah negatif COVID-19.

"Setelah isoman delaparn hari, sudah negatif," kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI, Siti Nadia Tarmizi melalui pesan singkat.

Terdeteksinya satu kasus ini membuat Budi merasa senang karena menunjukkan bahwa sistem deteksi di Tanah Air baik. Sehingga bisa dengan cepat mendeteksi kehadiran varian baru, terlebih varian yang disebut punya penularan super ini.

Budi pun menuturkan bahwa memang Kraken ini memiliki penularan cepat. Namun, angka fatalitas rendah, sehingga masyarakat diminta untuk tetap tenang.

"(Penularannya) Cepat tapi dari kemampuan mematikan atau masuk rumah sakit-nya rendah. kita sudah lihat varian in kan sudah ada di Amerika Serikat dan perilaku seperti itu," kata eks banker itu.

Varian COVID-19 Paling Menular 

Berbicara kecepatan penularan, Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) sudah menyebut bahwa Omicron XBB 1.5 merupakan varian paling menular dari COVID-19 yang pernah ada.

"Mutasi yang ada dalam subvarian Omicron ini memungkinkan virus menempel pada sel dan menggantikannya dengan mudah," kata Pimpinan Teknis COVID-19 WHO, Maria Van Kerkhove saat konferensi pers di Jenewa pada awal Januari.

Ada kemungkinan juga Kraken dapat menghindar dari kekebalan tubuh yang sekarang sudah terbentuk, baik karena vaksin ataupun infeksi alamiah.

Varian Omicron XBB.1.5 adalah turunan dari XBB yang adalah rekombinan dari dua turunan Omicron BA.2 (BA.2.10.1 dan BA.2.75). Bila menilik data dunia, Kraken sudah terdeteksi lebih dari 37 negara.

Seperti disinggung Budi, Amerika Serikat (AS) adalah salah satu negara yang sudah terdapat Kraken. Kehadiran XBB 1.5 membuat Kraken sebagai penyebab 28 persen kasus COVID-19 nasional. Namun, di negara bagian AS jadi penyebab 70 persen kasus COVID-19 di Januari awal 2023.

Lalu, apakah kehadiran XBB 1.5 bakal dengan cepat mendominasi kasus COVID-19 dan membuat lonjakan kasus di Tanah Air?

Infografis Covid-19 Omicron XBB.1.5 Kraken Terdeteksi di Indonesia. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Covid-19 Omicron XBB.1.5 Kraken Terdeteksi di Indonesia. (Liputan6.com/Trieyasni)

Ada Potensi Peningkatan Kasus

Infografis Karakteristik, Bahaya dan Gejala Omicron XBB.1.5 Kraken. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Karakteristik, Bahaya dan Gejala Omicron XBB.1.5 Kraken. (Liputan6.com/Trieyasni)

Usai temuan satu kasus, tim surveilans Kemenkes melakukan pelacakan (tracing) kontak erat. Hasil pelacakan kontak erat dari satu kasus yang ditemukan positif tanggal 11 Januari 2023 telah dikeluarkan yang menunjukkan, seluruh kontak erat negatif varian Kraken.

Kontak erat ditemukan satu orang di DKI Jakarta dan 2 orang di Kalimantan Timur.

Meski hasil tracing tidak ditemukan orang yang positif Kraken, epidemiolog sekaligus Peneliti Keamanan dan Kesehatan Global Griffith University Australia, Dicky Budiman mengatakan bahwa tetap ada potensi lonjakan kasus akibat Omicron Kraken. Baik potensi yang menyebabkan infeksi maupun menginfeksi orang yang pernah terkena COVID-19 (reinfeksi).

"Besar bahkan kemampuannya. Tapi dalam konteks Indonesia saat ini, infeksi dan reinfeksi itu akan banyak yang tidak bergejala atau sebagian di antaranya bergejala ringan," ujar Dicky melalui keterangan pada Health Liputan6.com, Jumat (27/1/2023).

COVID Kraken akan menjadi sangat serius jikalau terjadi pada kelompok berisiko tinggi. Terutama bagi mereka yang belum melakukan vaksinasi booster hingga saat ini.

"Ini akan sangat serius ketika menimpa kelompok berisiko tinggi. Seperti lansia, ibu hamil, atau komorbid, yang pertama, belum divaksinasi booster. Kedua, dia mengalami infeksi berulang lebih dari dua kali. Nah, ini akan meningkatkan risiko yang bersangkutan mengalami keparahan atau mengalami long COVID-19," kata Dicky.

Long COVID adalah suatu kondisi yang membuat orang yang terkena COVID-19 mengalami keluhan menetap. Bisa berbulan-bulan, bahkan empat bulan. 

Senada dengan Dicky, Kepala Bidang Pengembangan Profesi Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI), Masdalina Pane juga mengatakan bahwa kemungkinan terjadinya lonjakan kasus COVID-19 pasti ada. Dengan catatan testing di Indonesia adekuat.

Sayangnya, kata Masdalina, sepuluh bulan terakhir testing di tanah air terbilang rendah.

Lebih lanjut, Masdalina mengatakan bahwa Kraken sebenarnya bukan kejadian baru. Omicron varian ini sudah masuk di Indonesia di awal Januari. Sehingga, dia meyakini bahwa varian Kraken sudah menyebar saat ini dan sudah meluas. Akibat testing yang buruk, kasus ini pun tidak terlihat meningkat.

"Saya yakin di komunitas itu orang yang sakit cukup banyak. Masalahnya, Omicron ini sejak awal ditemukan di Desember 2021 tidak purulen. Purulen itu ditandai dengan angka kematian yang rendah, walaupun di awal-awal atau di Januari 2022 masih 400-an kematian, tapi tidaklah seganas Delta," kata Masdalina saat dihubungi Health Liputan6.com melalui sambungan telepon.

Dilanjutkannya bahwa makin ke sini COVID Omicron makin berkurang prulensinya. Yang bisa dilihat dari angka kematian yang sudah kurang dari dua digit.

"Jadi, menurut pandangan kami, ini tidak berbahaya sejak awal," katanya menambahkan.

 

Infografis Ragam Tanggapan Omicron XBB.1.5 Kraken Terdeteksi di Indonesia. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Ragam Tanggapan Omicron XBB.1.5 Kraken Terdeteksi di Indonesia. (Liputan6.com/Trieyasni)

Angka Ideal Testing COVID-19 di RI

FOTO: Lokasi Tes COVID-19 Mulai Ramai Akibat Varian Omicron
Petugas melakukan tes usap PCR kepada warga di Laboratorium Genomik Solidaritas Indonesia (GSI), Kamis (3/2/2022). Merebaknya varian Omicron memicu lonjakan kasus COVID-19 di berbagai daerah di Indonesia. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Terkait testing COVID-19 yang menurun, Masdalina, mengatakan, bila menggunakan indikator tes dari WHO, hitungan yang dites per minggu seharusnya adalah 270.000 orang. Disebabkan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 270 juta.

"Baru kemudian kita bisa mengatakan bahwa positivity rate kita adekuat," katanya.

"Dalam 10 bulan terakhir testing kita ini terus turun. Dan, saat ini tidak pernah mencapai 270 ribu per minggu. Permenkes terkait hal ini masih ada dan belum dicabut. Jadi, banyak standar-standar pengendalian kita yang kemudian indikatornya tidak bisa tercapai," Masdalina menambahkan.

Jadi, untuk menentukan apakah suatu kasus terjadi peningkatan yang signifikan atau tidak, jumlah yang dites per minggunya harus berkisar 270 ribu hingga 273 ribu.

"Atau sekitar 30 sampai 50 ribu per hari," katanya.

"Tesnya juga enggak boleh ecek-ecek, harus PCR karena diagnostik. Bukan antigen," Masdalina menambahkan.

Vaksinasi Booster Perkuat Antibodi untuk Hadapi Kraken

Hari Pertama Aturan Baru Naik KA Jarak Jauh
Calon penumpang saat melakukan vaksinasi booster sebelum keberangkatan di Stasiun Pasar Senen, Jakarta Pusat, Minggu (17/7/2022). PT KAI mulai hari ini kembali memberlakukan syarat wajib bagi penumpang kereta jarak jauh, antara lain tes PCR bagi yang baru vaksin pertama dan tes antigen untuk vaksin kedua sebagai langkah mencegah penyebaran Covid-19. (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Dicky mengungkapkan bahwa dari semua efek yang dijelaskan di atas, masih tersisa kabar baik. Berdasarkan penelitian, semua efek-efek itu masih bisa diminimalisasi lewat vaksinasi booster.

"(Efeknya) bisa diminimalisasi dengan vaksinasi booster. Vaksinasi booster itu kenapa penting? Karena dia memperkuat respons antibodi yang tadinya melemah. Kemudian memperlama durasi proteksinya, dan ketika seseorang terinfeksi bisa mempersingkat masa infeksinya," ujar Dicky.

"Mengurangi juga viral load dari ketika dia terinfeksi. Nah, ini yang artinya akan mengurangi potensi long COVID-19. Vaksinasi booster terbukti mengurangi potensi long COVID-19 sampai 40 persen. Tentu ini akan sangat membantu," pungkasnya.

Menkes Budi optimistis RI bisa hadapi Kraken lantaran imunitas masyarakat Indonesia masih tinggi.

"Nah, selama populasi kita baik, terutama yang orang tua (lansia), yang punya komorbid, itu imunitasnya masih tinggi, Insya Allah, ada varian baru itu bisa tertangani," katanya.

Senada dengan Dicky, Budi juga menuturkan masyarakat yang belum mendapatkan vaksinasi booster untuk segera mendapatkannya. 

Demi mencegah penularan virus Corona, terlebih ada varian Kraken, Budi Gunadi mengimbau masyarakat untuk tetap memakai masker, terutama di dalam ruangan. Bagi masyarakat yang belum vaksinasi booster dapat segera vaksinasi.

"Kemudian yang paling penting adalah boosternya mesti ditingkatkan ya, buat orangtua dan komorbid."

Lalu, pelaksanaan protokol kesehatan terutama penggunaan masker harus diperketat. 

"Buat temen-temen, kalau saya bilang, gimana caranya ya, tetap di dalam ruangan merasa padat atau kurang sehat, ya kita pakai masker," pesan Budi. 

Lalu, Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara Tjandra Yoga Aditama juga menyarankan agar kembali diperketat penggunaan masker. Terutama pada keadaan berisiko.

"Memang dengan adanya Kraken ini maka direkomendasikan mempertimbangkan pemakaian masker kembali pada keadaan yang ber risiko, misalnya dalam pesawat terbang," kata Tjandra lewat pesan singkat ke Liputan6.com.

Selain pengetatan penggunaan masker dan melengkapi vaksinasi booster, masyarakat diminta meningkatkan imunitas tubuh. Mulai dari tidur cukup dan mampu mengelola stres.

"Perlu meningkatkan imunitas kita, tetap istirahat yang cukup, makan yang baik, tidak stres, juga merupakan faktor-faktor membuat kita jauh lebih mampu bertahan menghadapi COVID ini," kata Masdalina. 

 

Tak Tutup Pintu Masuk

Terminal 3 Bandara Soetta Siap Melayani Penerbangan Internasional
Petugas saat melintas menggunakan eskalator di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Usai ditemukannya kasus pertama subvarian Omicron XBB 1.5 alias Kraken, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menilai tak perlu sampai menutup pintu masuk negara. Upaya yang lebih penting adalah penguatan surveilans untuk mendeteksi cepat penyebaran varian Corona baru.

Deteksi cepat yang dimaksud, tatkala dilakukan tes COVID-19, baik antigen maupun PCR, yang dilanjutkan pemeriksaan genom sekuensing.

"Tidak perlu, kita tidak perlu (menutup pintu masuk). Karena yang penting penguatan kita, deteksi kita, itu seperti yang kita deteksi," kata Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes, Maxi Rein Rondonuwu di sela-sela Rapat Kerja bersama Komisi IX DPR di Gedung DPR RI, Komplek Parlemen Senayan, Jakarta pada Rabu, 25 Januari 2023.

"Penguatan deteksi itu harus cepat di pintu masuk, baik kantor kesehatan pelabuhan di bandara, di pelabuhan laut maupun di lintas batas barat. Seperti biasanya saja, kita tinggal penguatan di situ."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya