4 Penyakit yang Jadi Beban Terbesar BPJS Kesehatan

Menteri Kesehatan (Menkes) RI Budi Gunadi Sadikin menyebutkan empat penyakit yang menjadi beban terbesar harus ditanggung oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.

oleh Arie Nugraha diperbarui 11 Mar 2023, 10:00 WIB
Diterbitkan 11 Mar 2023, 10:00 WIB
Ilustrasi jantung
Ilustrasi penyakit jantung masuk dalam salah satu yang membutuhkan pendanaan besar dari BPJS Kesehatan (sumber: pixabay)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Kesehatan (Menkes) RI Budi Gunadi Sadikin menyebutkan empat penyakit yang menjadi beban terbesar harus ditanggung oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Yakni penyakit jantung yang menelan biaya Rp 12 triliun, kanker Rp4,2 triliun, stroke Rp 3 triliun dan terakhir adalah ginjal.

Dari jumlah penderita empat penyakit ini, pasien stroke berada di peringkat pertama mencapai 300 ribu orang, jantung 250 ribu meninggal dunia, kanker 234 ribu orang.

"Akses untuk melayani keempat penyakit ini sangat kurang. Jantung misalnya, itu tindakan pertamanya harus diintervensi pasang ring kurang dari empat jam. Supaya survival ratenya tinggi," ujar Budi dalam sambutannya di peresmian Mayapada Hospital beberapa waktu lalu.

Dari 514 kabupaten dan kota yang dapat melakukan tindakan medis memasang ring jantung, Budi menyebutkan hanya 44 rumah sakit yang dapat melayani.

Jumlah itu kurang dari 10 persen dari kabupaten kota yang bisa menangani serangan jantung atau STEMI (ST-elevation myocardial infarction).

"Itu sebabnya banyak yang meninggal," sebut Budi.

 

 

Idealnya Seluruh Daerah Punya Kemampuan Pasang Ring Jantung

Budi mengatakan idealnya untuk menekan jumlah pasien yang meninggal dunia akibat serangan jantung seluruh daerah memiliki pelayanan kesehatan pemasangan ring jantung.

Budi mencontohkan kegagalan penanganan serangan jantung ini akibat jarak tempuh ke fasilitas medis yang jauh.

Semisal pasien serangan jantung asal Karawang harus menuju Bandung untuk memperoleh tindakan medis. Itu terlalu jauh. 

"Keburu meninggal dunia pasiennya. Saya baru sadar begitu selesai soal urusan pandemi dan vaksinasi pada Juni - Juli mengurus bener-bener kesehatan. Itu ngomongin soal penanganan jantung yang cukup lengkap kalau ngomongin stroke lebih sedikit lagi fasilitasnya," kata Budi.

Fasilitas Penanganan Kanker Kurang

Tidak hanya fasilitas penanganan medis penyakit stroke, kekurangan fasilitas juga dialami untuk pasien kanker di Indonesia.

Penyakit kanker yang sebagian besar diderita oleh pasien perempuan adalah kanker payudara dan servik. Sementara untuk pasien pria adalah kanker paru - paru dan kanker kolon.

Tetapi semuanya dapat disembuhkan ucap Budi, asalnya terdeteksi dan diobati pada stadium 1.

"Jadi kanker itu dapat disembuhkan asal ketahuannya di stadium 1. Jika diketahuinya di stadium 3 - 4 bisa lewat. Saya dibilangin bahwa breast cancer diketahui di stadium 1 dapat sembuh, diketahui di stadium 3-4 wafat," terang Budi.

Dari 3.133 rumah sakit yang ada di indonesia, hanya 200 rumah sakit yang memiliki alat pendeteksi penyakit kanker.

Budi menduga kurangnya fasilitas kesehatan untuk penyakit yang masuk kategori beban BPJS kesehatan ini, memicu masyarakat Indonesia memilih berobat ke luar negeri.

Infografis Kepunahan Bahasa Daerah
Infografis Kepunahan Bahasa Daerah
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya