Liputan6.com, Jakarta Salah satu kekhawatiran orangtua yang baru punya bayi di hari Lebaran Idul Fitri adalah saat silaturahmi. Bukan tidak mau silaturahmi bertemu sanak saudara tapi kekhawatiran kala ada yang memegang atau mencium sang buah hati. Mana tahu kondisi kesehatan seseorang yang cium atau peluk sang anak.
Terkait ini, psikolog anak dan remaja dari TigaGenerasi, Ayoe Sutomo mengatakan kepada orangtua agar jangan enggak enak hati untuk mengingatkan orang lain agar tidak mencium atau memegang sang bayi.
Baca Juga
"Dimulai dari mindset dulu. Jangan enggak enak untuk mengingatkan karena sebetulnya adalah tugas kita sebagai orangtua untuk menjaga anak kita," kata Ayoe lewat pesan singkat ke Health-Liputan6.com ditulis Sabtu, 22 April 2023.
Advertisement
"Bagian dari tugas kita sebagai orangtua untuk kemudian, misalnya anaknya sudah lebih besar, enggak suka untuk dicium atau digendong saudara lain untuk memberikan kesempatan kepada dia untuk lebih consent mau dipeluk atau dicium atau enggak," lanjut Ayoe.
Sementara itu, untuk anak yang masih kecil seperti bayi, tugas orangtua untuk menjaga anak dari hal-hal yang orang lain tidak ketahui.
"Kita sebagai orang tua tahu bahwa itu bisa membuat satu hal tidak baik buat anak kita secara kesehatan," dia menambahkan.
Pakai Komunikasi Asertif agar Tak Menyakiti Orang Lain
Langkah berikutnya, kata Ayoe, adalah mengingatkan dengan cara komunikasi asertif yang baik sehingga tidak menyakiti orang lain yang kita ajak berkomunikasi.
"Caranya bagaimana? Karena kita berbicara mengenai komunikasi asertif, ya enggak apa-apa secara tegas bilang, 'Nanti dulu ya, bude, pakde, lagi belum bisa dicium-cium dulu, nih'."
Sementara itu, bila anak sudah besar atau bisa diajak berkomunikasi tanyakan langsung ke dia apakah sudah mau dipeluk atau dicium saudara.
"Kalau anak bilang enggak mau, orangtua bisa menjawab lagi, 'Bentar dulu ya, bude, pakde, belum mau untuk dicium'. Jadi, mengingatkannya enggak apa-apa dengan cara ya asertif," Ayoe menambahkan.
Advertisement
Perhatikan Gestur
Selain itu, perhatikan juga komunikasi non-verbal. Hal ini tak kalah penting agar orang lain paham dengan maksud yang ingin disampaikan.
"Karena kan sebetulnya kita berkomunikasi, pemaknaan orang yang kita ajak komunikasi jauh lebih banyak menangkap apa yang kita tampilkan secara non verbal," ujarnya.
"Makanya, gestur tubuhnya tetap harus dijaga. Seperti apa? Seperti sambil tersenyum atau agak nunduk sedikit. Bahasa tubuh tetap diperhatikan dan sopan biar tidak terkesan angkuh," Ayoe melanjutkan.
Bila kemudian kita memberikan izin anak untuk dipegang oleh orang lain asalkan cuci tangan dulu atau sekadar bilang boleh pegang asal kakinya saja, menurut Ayoe hal itu perlu untuk disampaikan.
Ramai di Media Sosial
Sebelumnya, ramai di media sosial TikTok unggahan @Puspapitaaa yang sedang memikirkan cara agar anaknya yang masih bayi tidak dicium atau dipegang sembarangan oleh orang lain saat Hari Raya.
"1% nunggu Lebaran... 99% mikirin bagaimana supaya anak kita enggak dicium atau dipegang pas Lebaran," begitu yang tertulis di dalam video yang turut memperlihatkan dirinya beserta suami.
Pemilik akun @Puspapitaaa mengatakan belum bisa tegas menolak atau melarang takut dibilang banyak aturan.
Apa yang diungkapkan wanita itu memunculkan banyak komentar. Ada yang setuju agar tidak memegang dan mencium bayi tapi ada juga yang nyinyir.
"Anaknya tidak termasuk di kategori bayi gemeshin, jadi aman, Bund," tulis akun Aluh Kaciput.
"Tapi aku enggak akan megang anak bayi kalau bayinya enggak lucu atau menarik," tulis akun Lisa Dewi.
Sementara itu, banyak yang tahu efek bila anak dicium dan dipeluk banyak orang. Salah satunya jadi sakit usai Lebaran.
"Yang komen kayak begitu enggak tahu rasanya lihat anak sakit. Apalagi kalau masih bayi. Sudah sakit enggak mau makan, terus BB drop," kicau akun @NovitaYuriah.
Advertisement